Keputusan Terbaik

by - Januari 12, 2022

Tema #30HariBercerita pada hari ini yang diadakan di instagram adalah "Keputusan Terbaik". Katanya aku bisa cerita tentang orang yang aku pilih, organisasi tempat aku aktif berkegiatan, kepindahan yang pernah aku lakukan, pembelian terbaikku, kebiasaan baik yang baru aku mulai, atau apapun yang berdampak besar ke hidupku.

Oke. Ini cukup sulit. Sulit. Keputusan terbaik... hmm keputusan terbaik. Aku berpikir keputusan terbaik dalam hidupku itu apa ya? 

Keputusan [n]: (1) perihal berkaitan dengan putusan; segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya); (2) ketetapan; sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan); (3) kesimpulan (tentang pendapat); (4) hasil pemeriksaan (tentang ujian) 

Terbaik [a]: paling baik

Jadi, aku mengingat kembali keputusan  terbaik dalam hidupku. Sebuah ketetapan paling baik yang sudah dipikirkan, dipertimbangkan yang harus dijalankan. Apa ya? Masuk sekolah favorit atau ikut komunitas mengajar atau beli buku dengan bonus tanda tangan penulis plus dapat diskon atau diam tanpa kata atau apa ya?

Aku bingung dan bertanya-tanya. Apakah aku sudah pernah membuat keputusan sendiri? Dan itu terbaik? Ataukah aku tidak menyadari telah membuat keputusan sendiri dan tidak tahu apakah terbaik atau tidak? Atau tidak pernah?

Jika harus memilih satu paling baik. Sejujurnya aku bingung. Sepertinya semua baik. Tapi mana yang paling baik, aku tidak tahu. Tidak yakin.

Tunggu. Seharusnya ini mudah, kan? Hidup yang telah aku jalani, harusnya mudah kan, untuk menentukan mana yang terbaik? Mungkin karena terlampau banyak hal yang terjadi. Mungkin.

Keputusan terbaikku adalah...(aku rasa ini tepat. sebab tidak ada sesal di dalamnya. begitu kan indikator terbaik?)

Aku memilih untuk melanjutkan sekolah di SMPN 1 Sukoharjo. Ya. Itu adalah keinginan yang diusahakan, diperjuangkan, dan berhasil dicapai. Senang sekali rasanya mengingat lagi bagaimana dulu aku mengikuti seleksi masuknya. Sebab saat itu 2011, ada tahapan ujian seleksi masuk. Tidak hanya murni dengan nilai Ujian Nasional. Jadi, ketika berhasil LOLOS seleksi dan menjadi siswa SMP 1, senang dan bangga sekali.

Kenapa itu menjadi keputusan terbaikku? Karena aku memilih ke sana dan aku berhasil mendapatkannya. Lebih dari itu sebenarnya adalah perjalanan di SMP menjadi awal semua perjalananku. Banyak yang menakjubkan untukku di masa SMP. Mungkin saja jika aku tidak ada di SMP 1 aku tidak mendapatkan teman-temanku di SMP dulu hingga saat ini. Kebanyakan teman SMP ya teman SMA ya teman kuliah, beberapa. Mungkin juga pengalaman yang aku dapatkan akan berbeda. Dan jika aku saat itu tidak lolos, yaa aku bukan siswa SMP 1.

Dan hati kecilku bilang, itu saat aku bisa memilih sendiri dan tidak ada yang menghalangi. Apapun atau siapapun. Seakan sejalan dengan restu semesta. 

Apakah keputusan-keputusan lainnya tidak memilih sendiri? Setelahnya seakan ada pada semesta.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [2:216]

Mungkin bukan benci, hanya tidak suka atau tidak sesuai kehendak hati. 

Dan aku rasa, keputusan untuk tetap bertahan sejauh ini masih baik. Menjalani semuanya—yang mungkin tidak sesuai kehendak hati pada awalnya—mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman. Kawan. Perjumpaan. Perpisahan. 

Dan karena aku memutuskan mengikuti jalan semesta, aku bertemu (dipertemukan) kamu

Begitulah, keputusan terbaikku. Maaf jika terlalu sulit dipahami (tidak jelas) maksudnya. 

Jika kamu bertanya, jadi apa keputusan terbaiknya?

Jawabku: ya ini semua.

 

You May Also Like

0 komentar