Baca Buku: Di Tanah Lada

by - Januari 02, 2022

Akhirnya, setelah hanya membaca rekomendasi atau review teman-teman di litbase twitter, kesampaian juga menamatkan novel 'Di Tanah Lada' karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Ini adalah novel pertama karya Kak Ziggy yang aku baca. Tidak hanya namanya yang unik, karyanya pun sama uniknya.

Di Tanah Lada menceritakan seorang anak kecil berumur enam tahun, Salva atau biasa dipanggil Ava. Tetapi papanya memanggilnya Saliva atau ludah. Dia sangat takut kepada papanya karena papanya jahat. Dan menurutnya semua papa itu jahat. Dia sekeluarga harus pindah ke Rusun Nero tempat yang asing baginya setelah Kakek Kia, papanya papa, meninggal. Semua karena keinginan papanya yang mendapatkan uang warisan. 

Di Rusun Nero, Ava bertemu dengan P. Anak berumur 10 tahun yang akan menjadi teman perjalanan dan petualangan Ava. P hanya tinggal bersama papanya. Papanya P juga jahat. Sama seperti Ava, P juga takut dengan papanya. Mereka berdua sama-sama ingin tinggal jauh dari papa. Dengan kepolosan dua anak ini ingin pergi ke tanah seberang, Tanah Lada, tempat di mana Nenek Isma, nenek Ava, tinggal. Mereka percaya di sana akan bisa hidup bahagia dan P bisa melihat bintang-bintang.

Sepanjang cerita, kita disungguhkan dengan sudut pandang seorang anak kecil, Ava, yang polos, pintar, pemikir dan suka meracau. Kebiasaan Ava yang suka meracau, menimbulkan greget saat membacanya. Tapi justru itu menariknya, anak kecil suka meracau banyak hal kemudian baru kembali ke topik awal. Kadang-kadang Ava berbicara lebih dewasa dari umurnya dan masih terdengar ada kepolosannya juga. Selain itu, Ava di sini unik karena dia ke mana-mana selalu membawa kamus pemberian Kakek Kia. 

Petualangan Ava dan P ini menarik sekali. Mereka masih kecil tetapi ada pemikirannya yang seperti orang dewasa. Seperti ingin sehidup semati, bereinkarnasi (kalau ini imajinasi anak kecil dan orang dewasa juga), dan saling menguatkan satu sama lain.

"Bacalah buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut." (hal. 197)

Bahkan tokoh Mas Alri berbicara seperti itu kepada Ava. Karena baginya Ava dan P sudah skeptis. Salah satunya adalah mereka mengganggap semua papa itu jahat. Padahal ada papa yang baik. 

Novel setebal 254 halaman ini bagiku terasa penuh kesenduan. Ada terselip kelucuan (tipis-tipis) tapi itu saat Ava meracau. Dua anak manusia yang masih kecil, tetapi jauh dari kebahagiaan yang benar-benar membahagiakan mereka. Seharusnya bisa mendapatkan kasih sayang utuh dari orangtuanya. Sebaliknya mereka justru harus tumbuh dalam keluarga yang rapuh. Ada luka yang sama-sama mereka rasakan. Alhasil, mereka berdua merasa memiliki satu sama lain dan percaya akan mendapatkan kebahagiaan berdua, bersama, selamanya. Sehidup semati.

Sekali lagi, aku membalas senyumnya. Kadang-kadang, rasanya menakjubkan sekali bagaimana aku bisa merasakan apa yang dia rasakan hanya dengan memandangi wajahnya. Kupikir, itu karena kami adalah satu hati yang bereinkarnasi jadi dua manusia yang berbeda. Meskipun tubuh kami terpisah, tapi perasaan kami satu. (hal. 236)

Dengan keseluruhan cerita yang apik, menarik dan sendu pantas saja novel ini menjadi Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Keren sekali Kak Ziggy! Aku suka dengan gaya cerita dan ide yang dibawa Kak Ziggy di novel ini. Silakan bagi kalian yang penasaran dengan petualangan rasa karsa Ava dan P, aku merekomendasikan novel ini untuk dibaca. 

You May Also Like

0 komentar