Magang#20-Chapter#1
Ini kali pertama lolos wawancara setelah dua kali
mencoba mengikuti Open Recruitment yang berakhir failed. Ada rasa senang
sekali. Uhuy, akhirnya lolos juga.
Jadi, untuk menjadi anggota Media Center harus
melewati tahapan Magang terlebih dahulu, guys. Supaya bisa dilihat juga skill
anak-anak baru ini kali yaa. Ada 100 anak yang lolos ke tahap Magang#20 Media
Center. Nah, dari 100 anak ini kira-kira akan diambil berapa ya, untuk jadi
anggota tetap??
Memulai magang kali ini ada penyampaian materi
dari Media Center untuk para Magangers. Magang chapter#1 di mulai hari Sabtu
pukul 18.00 sampai 21.00. Nah, ada open gate-nya nih, guys. Jadi, mulai pukul
18.00-18.30 dibuka open gate, lebih dari itu boleh ikut tapi….ada
konsekuensinya, katanya. Apa yaa kira-kira?
Lanjut, materi pertama disampaikan oleh Kak
Taufik dari Mafos tentang Fotografi Jurnalistik. Nah, di sini Kak Taufik
menyampaikan materi tentang seluk beluk fotografi. Intinya, sebagai seorang
fotografi jurnalistik harus punya keberanian untuk mengambil gambar dan selalu
siap dengan kameranya. Untuk kamera bisa pakai lensa sapu jagad, kalau belum
punya pakai kamera hp juga bisa. Lalu dalam pengambilan gambar itu tidak ada
aturan khusus. Memang ada aturan dalam fotografi, tetapi hal itu bisa dihilangkan.
Maksudnya nggak perlu terpaku pada aturan.
Oh, iya, teman, dalam hal fotografi jurnalistik
yang lebih diutamakan adalah pesan kemudian estetika. Jadi, paling utama adalah
pesan dari gambar yang kita abadikan tersampaikan dengan baik. Nggak masalah
kalau estetikanya kurang begitu bagus. Nah, ternyata foto yang kita ambil itu
bisa menjadi bukti keakuratan sebuah berita. Jadi, bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya, asalkan memang foto itu sesuai dengan berita yang disampaikan
yaa.
Kalau mau dapat gambar yang menarik terus
pesannya juga dapat gimana?? Nah, kata Kak Taufik hal itu bisa disiasati dengan
kita selalu siap untuk memotret berkali-kali. Maksudnya, di satu momen kita
jangan hanya memotret sekali saja, kalau bisa dan harus sih ini, kita memotret
berkali-kali. So, pasti tangan harus gerak cepat di kamera yaa. Hal ini untuk
menghindari kehilangan momen. Siapa tahu kan dari banyaknya foto yang kita
ambil ada satu kejadian yang menarik.
Terus kalau kita memotret orang tapi si objek
nggak terima gimana? Nah, untuk menghidari hal ini kita bisa meminta izin dulu.
Kalau di dalam sebuah acara, izinnya bisa dari penyelenggara acara. Kalau kita
memotret di warung angkringan, misalnya, kita bisa meminta izin dari pemilik
warung angkringan. Nah, ada tips juga dari Kak Taufik, semisal kita di pasar
terus memotret dagangan penjual gitu, kita bisa mengawali dengan basa-basi
sebentar. Ya, sekedar tanya tentang jualannya atau hal yang lain. Supaya nggak
mencurigakan dan si penjual merasa nyaman.
Tadi kan nggak apa menabrak aturan pengambilan
gambar, tetapi dalam pempublikasian ada aturannya. Semacam rambu-rambu seperti,
tidak boleh mengubah dan memanipulasi foto yang kita dapat, kita tampilkan apa
adanya. Bahkan nggak boleh menghilangkan jerawat atau mengedit foto dengan aplikasi
yang mempercantik wajah. Mengatur objek pun juga tidak boleh, harus apa adanya
objek tersebut. Perlu juga diingat bahwa menambah ataupun mengurangi objek
dalam foto tidak perkenankan. Nah, jikalau objek tersebut ternyata perlu
disensor, ya harus kita sensor, dibuat blur. Tahu kan apa saja yang perlu
disensor?
Selanjutnya, untuk menjadi fotografi jurnalistik
harus punya keberanian mendekat. Ya, mendekat pada objek yang diinginkan. Kedua
menunggu kejadian yang unik dan abadikan. Jadi, saat kita sudah berani
mendekati objek, kita juga harus bisa menunggu dan mengamati momen yang kiranya
unik. Baru diabadikan deh. Tak lupa evaluasi. Dari banyaknya foto yang kita
ambil, kita harus mengevaluasinya apa kekurangan dan apa yang perlu diperbaiki.
Nah, itu tadi sekilas materi dari Kak Taufik yang
aku catat yaa.
Memasuki materi kedua yang akan disampaikan oleh
Kak Aisyah. Materinya tentang Layout Majalah. Hal ini berhubungan banget dengan
Media Center yang memang menerbitkan majalah. Majalah apa coba?? Majalah Civitas,
bagi yang belum pernah lihat bisa cari di perpustakaan, yaa.
Sayangnya nih, guys, sewaktu Kak Aisyah
menyampaikan materi suaranya kurang lantang dan saat itu ada acara dekorasi
dari panitia PsikoAkuntansi, rame deh. Alhasil kurang begitu paham dengan
materinya. Intinya, Kak Aisyah kasih gambaran tentang proses membuat layout
sebuah majalah. Nah, biasanya Kak Aisyah pakai aplikasi InDesign. Kenapa pakai
InDesign? Karena aplikasi ini sudah sesuai dengan layout majalah, jadi nggak
begitu ribet. Saat Kak Aisyah kasih contoh proses membuat layout sebenarnya
ditampilkan di layar proyektor. Akan tetapi, karena background InDesign juga
hitam, jadi nggak begitu jelas.
Akhirnya tanpa terasa Magang#20 Chapter#1 sudah
selesai. Yey, akhirnyaaa, sudah mulai ngantuk juga. Dan hari Minggu akan
dilanjutkan dengan Magang#20 Chapter#2 dengan pemateri dari Kompas. Wihhh,
seruu nih, langsung semangat lagi.
To be continued
[Bintaro, 22:04] 13 Desember 2017
#latewrite
#latepost
0 komentar