Baca Buku: Totto-chan Gadis Cilik di Jendela

by - Juni 29, 2022



Akhirnya kembali membaca buku, setelah kemalasan yang melanda diri. Totto-chan menjadi bacaan di bulan ini yang berhasil aku selesaikan. Membuka buku ini (Totto-chan Gadis Cilik di Jendela) kembali menarik kenangan di masa sekolah dasar. Karena aku sudah pernah membaca kisah ini dulu saat SMP, sehingga kembali terbersit pengandaian. "Kalau saja di sini ada sekolah seperti sekolahnya Totto-chan, Tomoe Gakuen. Kalau saja ada guru atau bahkan semua guru seperti Kepala Sekolah, Sosaku Kobayashi. Asik juga sekolah di gerbong kereta..."

Asiknya membaca Totto-chan karena uniknya Totto-chan itu sendiri. Si gadis cilik yang dilabeli 'nakal' oleh gurunya hingga dikeluarkan dari sekolah justru mendapatkan sekolah baru yang sangat cocok dengan kepribadian Totto-chan yang riang, ceria, santun, banyak akal, penuh semangat, memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan aktif.

Mengikuti perjalanan sekolah dasar Totto-chan pastinya ada Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi juga. Aku rasa beliau merupakan guru tiada dua kesayangan murid-muridnya. Terbilang idealis namun dibarengi dengan rencana dan bekal yang tepat sehingga bisa berdiri Tomoe Gakuen. Agak kaget sebenarnya saat diceritakan bahwa Kepala Sekolah pernah mengikuti kuliah Emile Jaques Dalcroze, yang dikenal sebagai pelopor senam irama (euritmik). Sosaku Kobayashi menjdi orang pertama yang mempraktekkan ajaran Dalcroze (euritmik) untuk pendidikan sekolah dasar di Jepang. (Dalcroze tidak asing bagiku sebab sering muncul di pelajaran Penjasorkes, terlebih bab senam irama.) 

Tomoe Gakuen sekolah yang unik. Jika biasanya sekolah memiliki bangunan kokoh dari batu bata, di Tomoe Gakuen lain cerita. Gedung sekolahnya adalah gerbong kereta yang sudah tidak terpakai. Lalu gerbang masuknya benar-benar tumbuh alias tanaman, berdaun dan berakar. Jika biasanya di sekolah pelajaran diberikan oleh guru sesuai jadwal, di Tomoe Gakuen tidak berlaku hal yang sama. Anak-anak bebas menentukan mau belajar apa, sesuka hati mereka. Benar-benar dibebaskan memilih mempelajari pelajaran yang disuka. Guru tetap ada untuk membantu mereka jika ada kesulitan dalam memahami pelajaran. Pengaturan tempat duduk di gerbong kelas pun bebas. Anak-anak bebas duduk di kursi mana saja. Benar-benar unik, kan. (Di saat kita seumuran dengan Totto-chan pastilah terkejut dan terkagum-kagum dengan keadaan sekolah yang unik begini. Apalagi senangnya bisa berpindah tempat duduk dan bebas mau belajar apa saja. Nggak ada itu mengeluh takut Matematika. Hahaha)

Dengan Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi yang memiliki pendekatan berbeda, menjadikan Tomoe Gakuen sekolah yang dekat dengan murid-muridnya. Mereka bisa belajar sambil jalan-jalan ditemani guru. Mereka juga belajar arti menghargai satu sama lain, dengan keadaan yang berbeda-beda, dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Misalnya, dengan kehadiran Yasuaki-chan dan Takahashi, anak-anak tumbuh tanpa membedakan fisik. Ide bekal makan siang 'sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan' merupakan ide cemerlang dari kepala sekolah. Para orang tua menjadi mudah dalam menyiapkan bekal untuk anaknya. Dan ide ini pun menjadikan bekal makan siang yang sederhana tidak berlebihan. Anak-anak pun terbiasa makan apa saja dan tidak berpikir makanan siapa yang paling enak. (Membayangkan suasana makan siang bersama begini, wah betapa serunya, ya.)

Banyak sekali gagasan dan pendekatan Mr. Kobayashi yang berbeda dengan guru lainnya. Beliaulah yang menanamkan rasa percaya diri kepada anak-anak didiknya dengan cara yang berbeda. Misal, beliau sengaja merancang lomba Hari Olahraga yang mana setiap lombanya disesuaikan dengan keadaan tubuh Takahashi. Dengan hasil, Takahashi sukses meraih juara di semua jenis lomba setiap Hari Olahraga. Hal ini menjadikan dirinya percaya diri dengan keadaan fisiknya yang berbeda. Lain halnya pendekatan dengan Totto-chan. Kepala sekolah mengatakan, "Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu, kan?" Itu yang dikatakannya setiap berpapasan dengan Totto-chan. Hasilnya meski saat itu Totto-chan belum sepenuhnya mengerti arti kata-kata itu, tetapi Mr. Kobayashi sudah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan "anak yang baik" pada diri Totto-chan. (Dengan cara komunikasi yang seperti itu pantas saja Totto-chan sangat menaruh rasa hormat dan sayang kepada Kepala Sekolah. Apalagi beliau pernah mendengarkan Totto-chan bercerita sampai empat jam. Luar biasa sabar dan mengerti anak-anak.)

Melihat Totto-chan yang sangat penuh rasa ingin tahu, suka mencoba hal-hal baru dan aneh–bahkan menantang–Mama tidak pernah melarangnya. Bagusnya meskipun tidak dilarang, Totto-chan akan segera menyadari tindakannya itu keliru atau benar setelah melakukannya. Kecuali kegiatan rutinnya menerobos kebun dengan merangkak di bawah pagar kawat. 

Totto-chan, si gadis cilik yang hatinya sangat hangat dan baik. Dia bisa berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Dia pernah membawa Yasuaki-chan naik ke pohonnya. Hal yang sangat berbahaya dan menantang bagi anak kecil. Tapi, dia berhasil membuat Yasuaki-chan 'melihat' sesuatu yang baru. Selain baik kepada teman, Totto-chan juga baik kepada binatang. Buktinya adalah Rocky, si anjing gembala Jerman kesayangannya. Bahkan saat ada insiden yang menimpa Totto-chan, ia tidak ingin Mama dan Papa memarahi Rocky. Sesayang itu dia terhadap Rocky.

Di Tomoe, Totto-chan dan anak-anak yang lainnya tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa hormat, penuh kasih sayang, dan menghargai orang lain. Tidak ada paksaan atau larangan. Mereka terbiasa melakukan hal-hal baik dan saling membantu satu sama lain. Mereka bebas menjadi versi dirinya sendiri. 

Sayangnya perang memporak-porandakan semuanya. Tomoe Gakuen terbakar. Sekolah yang didirikan Kepala Sekolah lenyap seketika. Harapannya seperti dihempaskan ke langit menjadi abu. Beliau meninggal sebelum sempat mendirikan sekolah lain serupa Tomoe. 

Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kisah Totto-chan. Baik dari tingkah keluguan Totto-chan dan teman-temannya, semangat mendidik dan kecintaan terhadap anak-anak dari Mr. Kobayashi, dan juga sikap Mama yang tidak memaksakan kehendak dan banyak menuntut. Salut dengan sikap Mama yang merahasiakan alasan Totto-chan pindah sekolah. Beliau tidak mengatakan jika Totto-chan dikeluarkan pada saat itu. Barulah ketika Totto-chan sudah besar Mama memberitahukan yang sebenarnya. Mama betul-betul menjaga sekali perasaan Totto-chan, jangan sampai dia rendah diri/minder karena dikeluarkan dari sekolah karena dianggap nakal. Mama dan Mr. Kobayashi membentuk Totto-chan menjadi pribadi yang sangat baik.

Oh, ya aku kagum dengan cara Mr. Kobayashi menegur Oe yang saat itu menarik kepang rambut Totto-chan. Oe bilang, "Aku dimarahi Kepala Sekolah. Katanya aku harus bersikap manis pada anak-anak perempuan. Katanya anak laki-laki harus bersikap sopan kepada anak-anak perempuan dan menjaga mereka." Sungguh nasihat yang membuat tertegun. Meski usia mereka masih kecil, bukan berarti tidak bisa diajak berpikir dewasa. Mr. Kobayashi melakukannya. 

Kalau ada sekolah semacam Tomoe Gakuen, aku akan daftar menjadi siswa di sana. Dan tempat favoritku adalah gerbong perpustakaan. Dan jalan-jalan keliling desa menjadi kegiatan yang menyenangkan setelah belajar 'sesuka hati'.

Seandainya berdiri sekolah yang menerapkan metode pembelajaran dan pendekatan seperti Mr. Kobayashi. Rasanya anak-anak tidak hanya terasah dalam bidang akademis tetapi juga non akademis, kepekaan rasa. Anak-anak juga bisa mengembangkan diri sesuai dengan minat sejak dini. Kalau sekarang ini siswa baru bisa memilih fokus pada satu bidang ketika masuk sekolah menengah di pendidikan formal. 

Sebenarnya masih banyak yang bisa diceritakan untuk dipelajari dari Totto-chan dan Tomoe Gakuen. Tapi lebih baik kalian baca sendiri, ya. Rasakan kembali nostalgia masa sekolah dasar dulu. (Jajan cilok, berangkat naik sepeda atau jalan kaki, berantem dengan teman gara-gara hal sepele, asiknya masa sekolah tanpa beban)

You May Also Like

2 komentar