A Piece Story of : Sukoharjo Mengajar

by - September 27, 2017

Translate from sound record

Bismillahirohmanirohim,
Assalamualaikum Wr. Wb.

Teman-temanku volunteer Sukoharjo Mengajar yang tercinta,

Di sini aku ingin menyampaikan cerita dan pesan yang aku dan Mbak Reza dapatkan di acara KAMMPAI kemarin.Pesan ini dirasa perlu kami share supaya semangat ini bisa kami tularkan, supaya para member Sukoharjo Mengajar ini semangatnya itu terus membara,supaya Sukoharjo Mengajar itu semakin menjadi lebih baik, lebih baik,dan lebih baik lagi daripada sebelumnya.

KAMMPAI. KAMMPAI itu Kolaborasi Anak Muda Peduli Pendidikan Indonesia yang diketuai oleh Kak Erik. Di acara KAMMPAI itu ada Sukoharjo Mengajar, ada Rumah Bara yaitu tempat membaca, ada BEM UNS di bidang kemasyarakatan, ada Jemari, ada GERKATIN yaitu Gerakan tuna rungu, ada Solo Mengajar, dan di situ Sukoharjo Mengajar adalah anggota TERMUDA daripada yang lain. ANGGOTA TERMUDA.

Di situ kakak-kakaknya berpikir,”ada ya, komunitas pendidikan yang isinya tu anak-anak SMA?” padahal menurut anggapan mereka, anak-anak SMA jaman sekarang itu tahunya main aja. Main ke mall, main ke warnet, main PS. Tapi setelah mereka tahu Sukoharjo Mengajar, NO itu bukan lagi! Mereka ada yang bilang, “Dulu waktu aku masih SMA, aku tu isinya tu main ke mall, ngePS, nggak ada aku tu pikiran bikin komunitas gerakan postif kayak gini tu.Nggak ada.” Tapi lihat Sukoharjo Mengajar dan semangat ini harus kita pertahankan ya, teman-teman.

Mereka itu kagum lhoo sama kita. Bahkan ada kakak-kakaknya itu yang beranggapan bahwa anak SMA yang baru lulus dan masuk ke organisasi di perkuliahan, itu dianggap kinerjanya buruk, kurang bagus. Tapi setelah mereka tahu Sukoharjo Mengajar, mereka menepis anggapan itu. Ternyata nggak semua anak SMA itu seperti itu. Buktinya Sukoharjo Mengajar.

Di sana kakak-kakaknya itu bertanya,”Gimana sih, terbentuknya Sukoharjo Mengajar?”Nah, di situ Mbak Reza menceritakan, bahwa dulu generasi satu kita, itu ingin mendaftarkan diri sebagai Solo Mengajar tetapi ditolak karena bukan mahasiswa. Nah, karena ditolaknya itu akhirnya mereka melampiaskan dengan hal yang postif, yaitu menciptakan Sukoharjo Mengajar. Kenapa nggak di kota sendiri ada komunitas seperti itu? Kan bagus. Dan akhirnya Sukoharjo Mengajar bertahan sampai saat ini dan akan dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Semangat ini perlu dipertahankan, sekali lagi.

Terus ada lagi yang bertanya, “Kenapa sih, kok bikin kayak gitu, kan pas itu lagi sekolah? Lagi masa-masanya mau cari kuliah.” Ya, emang. Kemudian aku inget banget itu kata-kata dari generasi satu, MAs Alfi, dia bilang, “Waktu itu kelas 3 tapi bikin komunitas, kan nggak pas banget gitu, tapi anggapannya itu seperti ini, “Kelas 3 itu emang kita belajar. Tapi nggak cuma belajar, tapi juga beramal.” Nah, diharapkan dari beramal itu semoga amalan itu memperlancar kita untuk mencari universitas dan memperlancar kita setelah mendapatkan universitas. Itu kan juga keuntungan untuk kita dan itu Insya Allah pahalanya mengalir terus menerus dan tidak sia-sia. Mereka kaget banget lhoo denger jawaban itu. Ternyata semangatnya anak SMA di Sukoharjo Mengajar itu perlu dicontoh. ANAK SMA DICONTOH lho itu.

Di sana Sukoharjo Mengajar yang isinya anak-anak SMA, itu dianggap setara sama orang-orang yang lagi ngerjain skripsi, dianggap setara sama orang-orang yang kuliah sambil kerja, dianggap setara sama orang-orang yang udah punya usaha udah kerja. BAGUS BANGET LHOO INI. SUKOHARJO MENGAJAR lho ini. WOW BANGET!

Kemudian mereka bertanya, “kegiatan kita itu kayak apa?” nah, di situ kita cerita kalau kita setiap minggu ada kegiatan mengajar di dua desa, yaitu Gentan dan Klaseman. Nah, kita itu setiap seminggu sekali ada rapat untuk membentuk kbm ya, membentuk kbm, kira-kira nanti mau bahas apa sih? Nah, kemarin aku menceritakan kalau kita itu, habis nonton bareng film Tanah Surga Katanya, terus mewarnai, terus membahas USBN Matematika, ya seperti itulah, seperti biasanya. Terus kita juga menceritakan kalau kita itu ada kegiatan lain ya, seperti sosialisasi kepada orang tua, terus ada kegiatan penghijauan juga, terus ada kegiatan Goes to CFD.

Di sana kakak-kakaknya itu BANGGA SEKALI LHO SAMA KITA. ANAK MUDA SMA, Jangan pantang menyerah! Semangat ini perlu kita pertahankan ya. Kemudian ada komunitas lain yang namanya Rumah Bara. Rumah Bara itu didirikan dan dipertahankan oleh satu orang. Bayangkan satu orang lho itu bukan sebuah komunitas, tapi sebuah gerakan. Yaitu dari pembiayaan pribadi membelikan buku-buku untuk adik-adik. Sanggup ya dia. Dia itu berjuang sendiri aja bisa nggak ngeluh. Masa yang bareng-bareng ngeluh? Itu pelajaran buat kita. Jadi, kita JANGAN PERNAH MENGELUH, JANGAN PERNAH MERASA TERBEBANI di dalam kegiatan kita. Kegiatan kita itu positif dan ada pahalanya. Jadi, jangan mengeluh jangan pernah mengurangi pahala kita, ya. Itu pesan yang kita dapat pertama.

Kemudian ada dari BEM UNS di bidang kemasyarakatan. Mereka itu mengajar di SD yang rangkingnya 3 terendah se-Solo Raya. Se-Solo Raya ada SD yang masih kurang, Solo lhoo itu. Nah, di sana itu terdapat diskirminasi. Ada anak-anak yang pinter, kurang pinter, bodoh dan ada yang berbeda atau dalam kata lain itu kurang normal, yah. Akhirnya dari diskriminasi itu mereka menyendirikan anak-anak yang pintar, kurang pintar, bodoh, dan berbeda itu. Dan mereka memberikan perlakukan sesuai dengan perilaku masing-masing. Mereka itu menasihati supaya anak-anak yang pintar itu tidak boleh mengejek anak-anak yang kurang pintar. “Ah, dia itu bodoh, dia itu nggak bisa, dia tu rangkingnya terendah.” Nggak boleh seperti itu. Dan akhirnya lama-kelamaan itu berhasil dan anak yang berbeda itu diajari secara pelan-pelan bagaimana cara menghitung, bagaimana caranya mengerjakan soal, ya seperti itulah dan akhirnya lama-kelamaan bisa. Nah, dari situ kita dapat pelajaran bahwa kita dalam mengajar adek-adek perlu kesabaran dalam menghadapi anak-anak yang super. Jangan lupa anak nakal itu di dunia ini nggak ada, adanya anak yang super. Dan anak yang bodoh di dunia ini juga nggak ada, adanya itu anak yang kurang tergali.

Kemudian ada lagi dari Solo Mengajar. Dari Solo Mengajar itu, kakaknya itu menganggap Solo Mengajar itu adalah laboratorium kehidupannya kakaknya itu, Nah, kalau kita, kenapa kita nggak anggap Sukoharjo Mengajar itu sebagai laboratorium kehidupan kita? Ya,kan. Berkat dia ikut di Solo Mengajar itu, akhirnya dia bisa mendirikan komunitas juga di daerah kota asalnya karena dia adalah anak kuliahan dari kota lain, ya. Akhirnya terciptalah Kendal Mengajar. Bagus banget, kan itu. Bagus banget. Nah, kakaknya itu mengatakan seperti ini, maaf seperti ini, “Sekali jadi relawan, selamanya jadi relawan.” Jadi, dia menjadi relawan nggak cuma di Solo Mengajar tapi setelah pulang kampung nanti dia melanjutkan Kendal Mengajar. Nggak berhenti itu, pahalanya nggak akan berhenti.

Kemudian ada lagi pesan dari pendiri Rumah Bara tadi, yaitu kita itu kalau mau berbuat baik itu JANGAN SETENGAH-SETENGAH. Kalau berbuat baik itu HARUS NEKAD. Tapi, kita tidak boleh melupakan kewajiban kita juga, yaitu Belajar. 

Kemudian ada lagi, yaitu Gerkatin yaitu gerakan dari komunitas difabel tuli. Di sana mereka kan tidak bisa mengutarakan apa yang mereka rasakan, mereka ingin ungkapkan. Akhirnya mereka mengucapkannya dengan bahasa isyarat. Di sana nggak ada yang bisa bahasa isyarat. Tetapi, untunglah di Gerkatin itu ada alih bahasanya. Jadi, kakaknya itu mengucapkan dengan bahasa isyarat dan ada alih bahasanya. Di situ Saya dan Mbak Reza itu semakin bersyukur sekali. Kita bisa berbicara, bisa mendengar. Sedangkan Gerkatin itu isinya anak-anak yang tuli lho. Kita harus bersyukur kita punya segalanya. Kenapa nggak kita buat untuk melakukan hal positif. Contohnya mengikuti Sukoharjo Mengajar. Dan teman-teman ini semangat yang perlu kita contoh. Orang tuli saja mampu berbuat positif sebagai seorang volunteer. Kenapa kita yang nggak, kita yang sehat wal afiat, punya segalanya, punya telinga, punya mulut, punya mata, normal lhoo kita. Kenapa kita nggak sesemangat mereka? Harusnya kita malu pada diri kita sendiri.

Selain itu, kita juga belajar bahwa kakak-kakak yang masih kuliah itu, walaupun mereka kuliah, fokus kuliah ,fokus belajar, tapi mereka tetap menjalankan komunitas mereka dalam hal positif.

Baik teman-teman mungkin itu yang bisa saya sampaikan. Intinya pesan yang ingin Kami sampaikan adalah berbuat kebaikan itu JANGAN SETENGAH-SETENGAH. Berbuat kebaikan itu HARUS NEKAD. Kita tidak boleh memandang seseorang itu dari covernya dan tidak boleh membedakan seseorang. KITA SEKALI MENJADI RELAWAN, SELAMANYA MENJADI RELAWAN. Saat berkomunitas bersama JANGAN PERNAH MENGELUH. Karena kita itu bersama. Ada temannya. Dan kita jangan pernah khawatir ilmu kita akan berkurang saat kita menjadi relawan. Insya Allah ilmu kita dilindungi  dan Insya Allah harapan yang kita sampaikan kepada Tuhan akan dikabulkan. Kita harus terus menjaga semangat ini.

Terima kasih teman-teman yang telah mendengarkan. Semoga Sukoharjo Mengajar itu menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Akhirrussalam Wassalamualaikum Wr.Wb.

Record by Isa Ayu 26.September.2017

You May Also Like

0 komentar