Perjalanan Ketapang–Gilimanuk

by - Juni 04, 2022

Hari kedua di Jember, tepatnya hari Minggu, aku dan Puspa melakukan perjalanan dengan kereta api ke Ketapang. Fyi, Stasiun Ketapang merupakan ujung rel kereta api di timur Pulau Jawa. Mentok. 

Perjalanan dari Jember ke Ketapang bisa ditempuh dengan menggunakan kereta api lokal. Mirip dengan kereta prameks jalur Solo-Jogja-Purworejo. Ada yang berbeda sih yaitu gerbong kereta dan jumlah tempat duduknya. Gerbong kereta ini sama dengan kereta jarak jauh kelas ekonomi, dengan tempat duduk 3-2 seat (ABC-DE). Kereta dari Stasiun Jember menuju Stasiun Ketapang, yaitu Kereta Pandanwangi dengan tiket seharga Rp 8.000 (murah kan). Kemiripan dengan prameks selain di harga tiket, juga di sistem tempat duduknya, alias tidak semua dapat kursi. Eh, kalau di prameks dulu justru memang tidak dapat kursi ya? Nah, kalau kereta Pandanwangi ini kita bisa pesan melalui KAI Access dan bisa pilih kursi selama masih tersedia. Kalau sudah tidak ada kursi juga tetap bisa pesan. Tetapi harus berdiri sepanjang perjalanan atau baru bisa duduk jika ada kursi yang kosong, dengan catatan tidak ada penumpangnya (kami baru tahu konsep ini saat menunggu kereta ke Jember).

Kami berangkat dari kos Puspa pukul 05.10 sekitar itu. Sedangkan jadwal kereta kami pukul 05.30 (hahaha memang tim mepet). Alhasil sampai di stasiun kereta sudah siap di jalur dan penumpangnya banyak sekali. Penuh. Saat kami menuju gerbong dan kursi yang tertera di tiket, kami dibuat terkejut dengan kursi yang sudah ditempati penumpang lain. Si mbak yang menempati kursi itu pun langsung beranjak berdiri karena memang itu kursi yang kami pesan sesuai tiket. Sayangnya, ada satu penumpang yang tetap di kursi itu. Jadi, kursi kami di 3 AB, tapi kursi 3A dekat jendela tetap ditempati penumpang lain. Ya sudah, kami yang tidak mau berdebat–karena masih pagi, ramai, dan penumpangnya sudah sepuh–duduk di kursi yang kosong, berhadapan. Dari kejadian itulah kami baru mempertanyakan, "kok bisa ada yang nggak dapat tempat duduk? dan boleh masuk?" Lalu sepanjang perjalanan kami tertidur. Padahal kata Puspa, kereta bakal melintasi terowongan terpanjang di Jawa Timur dan pemandangan kanan kiri itu indah. Yah, begitulah, kami ngantuk.

Aku mulai membuka mata saat kereta kurang dari 3 stasiun menuju Stasiun Ketapang. Saat melihat ke sisi jendela tampak pemandangan nan asri, pepohonan, sawah dan kejauhan terlihat bukit serta gunung. Langit saat itu agak sedikit mendung. Dan benar saja ketika sampai di Stasiun Ketapang terlihat sisa-sisa hujan. 

dok pribadi
Stasiun Ketapang, ujung rel kereta api di timur Pulau Jawa.

dok pribadi
Pemandangan di Stasiun Ketapang

Kereta tiba di Stasiun Ketapang pukul 08.05 sesuai dengan jadwal. Disambut dengan cuaca yang mendung. Selanjutnya kami duduk-duduk sebentar di ruang kedatangan. Kemudian memotret keadaan sekitar. Lalu Puspa ke toilet dan petugas menyuruh kami untuk segera keluar stasiun. 

Kami pun keluar stasiun dan melanjutkan rencana berikutnya menuju Pelabuhan Ketapang. Yup. Kami akan mencoba naik kapal feri menyeberang ke Gilimanuk, for the first time in....eh since junior high school. Karena baru pertama kali lagi sejak karya wisata masa SMP, jadi kami bingung bagaimana masuk ke pelabuhannya dan pembelian tiket kapal. Untunglah ada yang memberitahukan harus ke mana kami di pelabuhan.

Oiya, sedikit cerita, saat keluar stasiun akan ada supir angkot yang menawarkan mengantar ke tujuan tertentu. Terutama tujuan wisata. Aku lihat-lihat di sana angkot masih banyak berlalu lalang, tidak terlihat ojek online. Nah, jadi mohon berhati-hati jika kalian memesan ojek online, khawatirnya bisa menimbulkan salah paham. Paham maksudku? Kalau tujuannya dekat lebih baik jalan kaki saja, seperti kami jalan kaki ke Pelabuhan Ketapang.

dok pribadi
Pelabuhan Ketapang cuaca mendung

Lanjut setelah kami masuk ke ruangan di pelabuhan, ruangan untuk mencetak tiket, kami masih bingung harus pesan tiket di mana. Sebab ruangannya sepi sekali dan tidak ada tanda-tanda loket tiket. Barulah kami diberitahu orang yang lewat (sepertinya paham kami bingung) tempat untuk beli tiket menyebrang. Pas melihat harga tiket yang tertera kami kaget, kok lebih mahal dari yang tertulis di website. Lantas kami memilih pesan tiket melalui website www.ferizy.com (sebelumnya aku sudah searching di google tentang tiket ini dan muncul website ini untuk beli tiket). Kenapa nggak dari awal beli tiket online aja? Kupikir akan ada loket resminya begitu.

Untuk memesan tiket melalui website www.ferizy.com cukup mudah. Kita hanya perlu membuat akun atau bisa login dengan google. Kemudian jika sudah berhasil login, tinggal pesan tiket sesuai dengan tujuan. Aku pesan tiket penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk 2 orang dewasa di jam keberangkatan pukul 09.00–10.00 WIB. Untuk pembayarannya bisa melalui e-wallet seperti OVO, LinkAja, ShopeePay, Dana atau bisa melalui virtual account BRI, BNI, BCA, Bank Mandiri, Bank Permata. Di antara pilihan yang ada dengan biaya admin yang diberikan, pembayaran melalui OVO terbilang lebih murah. Untuk dua tiket penumpang pejalan kaki sebesar Rp 17.000 dengan OVO kami bayar Rp 17.285 sedangkan jika memilih metode pembayaran yang lain kami harus bayar Rp 19.200 Sayangnya, saat pembayaran dengan OVO pertama kali gagal, aku memutuskan untuk membayar pakai BRIVA. Maklum agak terburu-buru juga saat itu. Pukul 09.00 kami selesai pesan tiket dan scan barcode untuk cetak tiket masuk kapal. Oiya, jika kalian sudah booster alias vaksin ketiga atau vaksin kedua cukup menunjukkan sertifikat vaksin ketiga atau vaksin kedua. Bagi yang baru vaksin pertama wajib membawa hasil negatif Antigen (maks 1x24 jam) atau PCR (maks 3x24 jam).

sumber: www.ferizy.com
Ketentuan Penyeberangan

Kalian bisa searching di google atau website ferizy.com untuk mengetahui lebih lanjut harga tiket. Untuk pejalan kaki dikenakan tiket seharga Rp 8.500 kemudian untuk kendaraan akan dikenakan harga berbeda sesuai dengan golongan.

Setelah urusan per-tiket-an selesai, kami scan terlebih dahulu tiket yang ada barcode-nya–ada dua tiket tercetak A dan B. Ini semacam scanning di kereta jika kalian naik KRL. Kebingungan kembali menghampiri ketika kami sudah masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Kapal mana yang mesti kami tumpangi? Bertanyalah kami kepada bapak yang melintas, diberitahu oleh beliau kapal yang akan segera berangkat dan bebas mau naik kapal yang mana. Kami baru tahu konsepnya begitu. Kami pun melangkah menuju kapal yang akan segera berangkat (aku lupa nama kapalnya). Di dermaga keberangkatan kami menyerahkan tiket A kepada petugas dan tiket B untuk kami bawa.

dok pribadi
Saat menyeberang masuk ke dalam kapal

Kami masuklah ke dalam kapal. Bagian bawah kapal untuk parkir kendaraan, lalu ada tangga kecil untuk naik ke bagian tengah atau ruang penumpang. Di ruang penumpang berjajar kursi panjang untuk duduk. Ada jendela di kanan kiri sehingga bisa menikmati pemandangan laut dari dalam. Jika mau duduk di luar ruang juga bisa, kebetulan di kapal yang kami tumpangi masih ada space yang berhadapan dengan pagar kapal. Duduk atau berdiri di sana bisa langsung merasakan hembusan angin yang sepoi-sepoi.  

dok pribadi
Pemandangan dari kapal

Kapal diberangkatkan sekitar pukul 09.30 WIB. Kami sempat menikmati angin di beranda kapal (maafkan aku tidak tahu sebutan tepatnya) sambil memandangi lautan dan anak-anak yang berenang menunggu kepingan rupiah. Karena hembusan angin dingin dan juga belum menyantap sarapan, kami masuk ke ruang penumpang dan mengambil tempat duduk bersisian dengan jendela. Setelah bosan duduk di ruang penumpang, kami memutuskan untuk naik ke anjungan kapal. Bagian paling atas kapal yang terbuka. Ada tangga kecil di ruang penumpang untuk ke anjungan. Saat kami naik cuaca sudah semakin cerah, mulai terasa panas. Kapal pun semakin dekat ke Pelabuhan Gilimanuk. Selama di kapal kami disuguhkan pemandangan laut biru yang tenang dan deretan gunung-gunung di kejauhan. Keindahan alam yang luar biasa.

dok pribadi
Pemandangan dari anjungan kapal

dok pribadi
Pemandangan dari anjungan kapal (2)

Akhirnya kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk setelah perjalanan kurang lebih 45 menit dengan kapal melintasi Selat Bali. Dan waktu di ponsel sudah otomatis menunjukkan waktu Indonesia bagian tengah atau WITA. Satu jam lebih cepat, pantaslah cuaca sudah mulai terik, pukul sebelas lewat, bung.


dok pribadi
Sebelum kapal bersandar

Oke. Cerita perjalanan akan aku lanjutkan pada unggahan berikutnya. 



You May Also Like

0 komentar