Magang#20-Chapter#1

by - Desember 15, 2017

Ini kali pertama lolos wawancara setelah dua kali mencoba mengikuti Open Recruitment yang berakhir failed. Ada rasa senang sekali. Uhuy, akhirnya lolos juga.

Jadi, untuk menjadi anggota Media Center harus melewati tahapan Magang terlebih dahulu, guys. Supaya bisa dilihat juga skill anak-anak baru ini kali yaa. Ada 100 anak yang lolos ke tahap Magang#20 Media Center. Nah, dari 100 anak ini kira-kira akan diambil berapa ya, untuk jadi anggota tetap?? 

Memulai magang kali ini ada penyampaian materi dari Media Center untuk para Magangers. Magang chapter#1 di mulai hari Sabtu pukul 18.00 sampai 21.00. Nah, ada open gate-nya nih, guys. Jadi, mulai pukul 18.00-18.30 dibuka open gate, lebih dari itu boleh ikut tapi….ada konsekuensinya, katanya. Apa yaa kira-kira?

Lanjut, materi pertama disampaikan oleh Kak Taufik dari Mafos tentang Fotografi Jurnalistik. Nah, di sini Kak Taufik menyampaikan materi tentang seluk beluk fotografi. Intinya, sebagai seorang fotografi jurnalistik harus punya keberanian untuk mengambil gambar dan selalu siap dengan kameranya. Untuk kamera bisa pakai lensa sapu jagad, kalau belum punya pakai kamera hp juga bisa. Lalu dalam pengambilan gambar itu tidak ada aturan khusus. Memang ada aturan dalam fotografi, tetapi hal itu bisa dihilangkan. Maksudnya nggak perlu terpaku pada aturan.

Oh, iya, teman, dalam hal fotografi jurnalistik yang lebih diutamakan adalah pesan kemudian estetika. Jadi, paling utama adalah pesan dari gambar yang kita abadikan tersampaikan dengan baik. Nggak masalah kalau estetikanya kurang begitu bagus. Nah, ternyata foto yang kita ambil itu bisa menjadi bukti keakuratan sebuah berita. Jadi, bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, asalkan memang foto itu sesuai dengan berita yang disampaikan yaa. 

Kalau mau dapat gambar yang menarik terus pesannya juga dapat gimana?? Nah, kata Kak Taufik hal itu bisa disiasati dengan kita selalu siap untuk memotret berkali-kali. Maksudnya, di satu momen kita jangan hanya memotret sekali saja, kalau bisa dan harus sih ini, kita memotret berkali-kali. So, pasti tangan harus gerak cepat di kamera yaa. Hal ini untuk menghindari kehilangan momen. Siapa tahu kan dari banyaknya foto yang kita ambil ada satu kejadian yang menarik.

Terus kalau kita memotret orang tapi si objek nggak terima gimana? Nah, untuk menghidari hal ini kita bisa meminta izin dulu. Kalau di dalam sebuah acara, izinnya bisa dari penyelenggara acara. Kalau kita memotret di warung angkringan, misalnya, kita bisa meminta izin dari pemilik warung angkringan. Nah, ada tips juga dari Kak Taufik, semisal kita di pasar terus memotret dagangan penjual gitu, kita bisa mengawali dengan basa-basi sebentar. Ya, sekedar tanya tentang jualannya atau hal yang lain. Supaya nggak mencurigakan dan si penjual merasa nyaman.

Tadi kan nggak apa menabrak aturan pengambilan gambar, tetapi dalam pempublikasian ada aturannya. Semacam rambu-rambu seperti, tidak boleh mengubah dan memanipulasi foto yang kita dapat, kita tampilkan apa adanya. Bahkan nggak boleh menghilangkan jerawat atau mengedit foto dengan aplikasi yang mempercantik wajah. Mengatur objek pun juga tidak boleh, harus apa adanya objek tersebut. Perlu juga diingat bahwa menambah ataupun mengurangi objek dalam foto tidak perkenankan. Nah, jikalau objek tersebut ternyata perlu disensor, ya harus kita sensor, dibuat blur. Tahu kan apa saja yang perlu disensor? 

Selanjutnya, untuk menjadi fotografi jurnalistik harus punya keberanian mendekat. Ya, mendekat pada objek yang diinginkan. Kedua menunggu kejadian yang unik dan abadikan. Jadi, saat kita sudah berani mendekati objek, kita juga harus bisa menunggu dan mengamati momen yang kiranya unik. Baru diabadikan deh. Tak lupa evaluasi. Dari banyaknya foto yang kita ambil, kita harus mengevaluasinya apa kekurangan dan apa yang perlu diperbaiki.

Nah, itu tadi sekilas materi dari Kak Taufik yang aku catat yaa. 

Memasuki materi kedua yang akan disampaikan oleh Kak Aisyah. Materinya tentang Layout Majalah. Hal ini berhubungan banget dengan Media Center yang memang menerbitkan majalah. Majalah apa coba?? Majalah Civitas, bagi yang belum pernah lihat bisa cari di perpustakaan, yaa.

Sayangnya nih, guys, sewaktu Kak Aisyah menyampaikan materi suaranya kurang lantang dan saat itu ada acara dekorasi dari panitia PsikoAkuntansi, rame deh. Alhasil kurang begitu paham dengan materinya. Intinya, Kak Aisyah kasih gambaran tentang proses membuat layout sebuah majalah. Nah, biasanya Kak Aisyah pakai aplikasi InDesign. Kenapa pakai InDesign? Karena aplikasi ini sudah sesuai dengan layout majalah, jadi nggak begitu ribet. Saat Kak Aisyah kasih contoh proses membuat layout sebenarnya ditampilkan di layar proyektor. Akan tetapi, karena background InDesign juga hitam, jadi nggak begitu jelas. 

Akhirnya tanpa terasa Magang#20 Chapter#1 sudah selesai. Yey, akhirnyaaa, sudah mulai ngantuk juga. Dan hari Minggu akan dilanjutkan dengan Magang#20 Chapter#2 dengan pemateri dari Kompas. Wihhh, seruu nih, langsung semangat lagi.

To be continued


[Bintaro, 22:04] 13 Desember 2017
#latewrite
#latepost

You May Also Like

0 komentar