Ngambis & Psytrap

by - Desember 01, 2017

Hello, guys. So what’s up, guys!

Sedikit mau cerita tentang permasalahan, bukan sih, keadaan lebih tepatnya. Keadaan yang saat ini jadi obrolan hangat di kalangan mahasiswa, maklum masih atmosfer Maba. Begini, jadi anak PKN STAN itu harus kuat fisik dan mental. Mental itu butuh banget untuk jadi tahan banting, sebab Kalian aka bertemu dengan orang-orang baru dari penjuru negeri ini. Setiap wajah baru yang kalian temui membawa warna baru yang pastinya nggak cuma Jawa aja. Ok, di sini saya bukan mau cerita tentang itu, tapi tentang “Ngambis & Psytrap”

Teman-teman, stop untuk bilang ke temen kalian, temen kelas, temen kos, atau yang lainnya “Ngambis lu.” Or anything else. Sebab kalian tidak pernah tahu keresahan apa yang tengah mereka rasakan. Kalian nggak tau juga kan kenapa mereka sebegitu “ngambis”-nya?? So, diam dulu, yang belum terlanjur nge-judge temennya. Bagi yang udah terlanjur nge-jugde begitu, refleksi diri.

Teman-teman, kalian nggak bisa dengan mudahnya nyamain keadaan kalian dengan temen kalian yang lain. Mereka yang terlihat “ngambis”, yang kelihatannya selalu belajar, belajar, belajar dan belajar, bukan berarti “ngambis” yang seperti kalian pikirkan. Mungkin cara mereka belajar ya seperti itu, selalu diulang-ulang, repeatation. Dibalik semua itu pasti ada alasannya. Kalian harusnya udah paham dong, bahwasanya di Kampus Ali Wardhana ini, IPK itu prioritas, safety card, Nah, mereka melsayakan semua itu karena “safety card” tadi. Memangnya kalian tidak ya?

Teman-teman, akhirilah tingkah kekanak-kanakan kalian yang tsayat temennya dapat nilai bagus dengan ngasih cap mereka “ngambis” dan “psytrap”. Kalian pikir dengan label seperti itu enak apa? Nggak, sama sekali. Itu beban. Nggak nyaman. Kalian yang suka kasih label ke orang lain sebagai “psytrap” dan “ngambis”, apa alasannya? Apakah karena kalian juga sebenarnya “ngambis” club? Atau bahkan sosok “psytrap”? terus kalian cari teman untuk menutupinya?? What kind of you guys. Jika, kalian seperti itu.

Teman-teman, kalian yang merasa terganggu dengan tingkah temanmu yang “ngambis”, jangan langsung straight to the point. Bicaralah baik-baik. Jangan memarahi mereka yang “ngambis” Cuma gara-gara tiap ujian selalu minta kertas tambahan (lembar jawab). Hello, guys, teman kalian itu mungkin memang memiliki jawaban yang amat panjang dan harus dituliskan, jika tidak bisa tumpah isi kepalanya. Bagi kalian yang belum pernah merasakan hal seperti itu, wajar kalau tidak tahu. Once, ketika ada pertanyaan yang kalian tahu dengan pasti jawabannya, pasti langsung excited untuk menjawabnya, trust me, saya pernah ngrasain itu. Please, itu adalah caranya dia untuk bertahan dan mendapatkan “safety card” secara masih MABA, atmosfer seperti ini memang harus dibiasakan. Butuh adaptasi. 

Teman-teman, yang setiap ujian selalu minta kertas tambahan (except pengakun, coz memang butuh berlembar-lembar) tolong dikondisikan yaa, jangan terlalu “ngambis” jugalah yaa. Khususnya kalau lagi ujian begitu. Pahamilah dan rasakanlah keadaan teman-teman di sekitarmu yang mendadak melongo. “Ampun, buset dah, ni anak nambah. Ini punysaya aja sisa banyak.” “Ini anak nulis apa aja, sih.” Ya, kiranya seperti itu dipikiran teman-teman yang lihat kalian nambah kertas. Karena apa? Karena teman-teman kalian ini jadi mikir ulang, jangan-jangan jawabannya terlalu singkat dan memang jawaban sebenarnya itu panjang, Nah lho, kalian yang sering “nambah” itu dijadiin patokan sama yang lainnya. Gerak-gerik kalian yang begitu membuat yang lainnya jadi panik, tahu. Pahamilah sekitarnya, okay. 

Teman-teman, kita sudah remaja yang menuju dewasa. Seharusnya begitu, apalagi di PKN STAN kalian bukan hanya MAHASISWA tetapi juga CPNS. Pola pikir yang seperti itu buang jauh-jauh. Jangan dengan mudah bilang dia itu “ngambis” atau “psytrap”. Sebab mungkin aja cara dia belajar nggak seperti kalian yang “terlihat” belajar. Ada kan di antara kalian yang cukup dengerin aja sekalu udah langsung nempel di memori. Ada juga yang butuh dengerin lagi dan lagi baru paham. Ada juga yang harus berulang-ulang kali bolak-balik lembar demi lembar untuk paham. Bahkan setelah dibaca dari awal sampai akhir pun ada yang belum paham, padahal udah puluhan kali baca. Nah, cara belajar inilah yang perlu kalian pahami. Termasuk saya juga.

Teman-teman, saya juga awalnya gitu kok, mikir “Ih, kok ambis banget sih.” Tapi setelah saya pikir-pikir rasanya ini nggak fair. Saya nggak bener-bener tahu apa yang sedang mereka hadapi. Dan saya pun juga sama dengan mereka. Nggak ngambis, tapi memang cara belajarku begini (yang tahu saya kalau belajar). Saya lebih nyaman belajar sendiri terlebih dahulu, baru belajar bareng. Karena apa? Saya butuh memahaminya sendiri dulu. Saya butuh waktu yang saat sendiri saya merasa nyaman dan mudah memahami. Belajar bareng itu wadah untuk saling sharing ilmu, apa yang saya tahu dan apa yang kamu tahu.

Teman-teman, maaf, jika terdengar sarkastik. Saya nggak tahu ya apa yang ada dipikiran mereka yang terus-terusan ngasih label temannya sendiri dengan “ngambis” club dan “psytrap”. Jika itu hanya jadi pelampiasan karena kamu nggak mau kalah, stop to act like a child. Push your self harder than before, perbaiki dirimu, jangan malah memojokkan orang lain yang bisa. Kalian tsayat tersaingi tapi don’t do anything else, so what will changed? Seenggaknya kalian jadi termotivasi buat belajar, belajar, dan belajar. Just studying in your comfort zone. Nggak perlu yang terlalu memaksakan diri juga. Push your self harder based on ability.

Teman-teman, untuk label “psytrap” saya pikir seperti ini, pertama dia belum paham sepenuhnya akan materi yang dijelaskan, jadi nggak mudah bagi dia untuk bilang, “Ya, saya bisa,” atau “Paham kok,” nggak semudah itu. Maka, dia memilih untuk bilang, “Saya belum paham” atau “Setahuku kayak gini,” atau “Saya juga masih bingung,”. Semua kembali ke kalian, bagaimana pandangan kalian. Kalau saya sih, fine-fine aja. Karena saya pernah ngrasain hal itu. Kedua, dia memang berniat untuk menutupi apa yang dia tahu. I don’t have an idea ‘bout it. What kind of guy that? Terlalu egois, menurutku. Sebab bukankah ilmu itu tidak akan berkurang ketika kamu membagikan kepada orang lain? 

Satu hal lagi teman-teman, ketika ada temanmu yang bilang kalau dia nggak belajar untuk kuis, tapi dia dapat poin yang cukup bagus, ingat faktor X. Kurasa kalian paham tentang faktor X ini. Tangan-tangan Tuhan selalu bekerja. 

Satu lagi teman-teman, kalian nggak perlu kok jadi seperti mereka atau orang lain. Cukup jadi diri sendiri dan selalu bersyukur untuk itu semua. Anyway, saya nggak setuju dengan mereka yang bertindak menjadi psytrap. Gimana yaa, rasanya itu lhoo, sakitnya tuh di sini. Serasa dibohongi tau. Kalau mau ngambis ya, silakan. Itu hak kalian, tapi semoga ambisnya berfaedah yaa. Selain ngambis buat diri sendiri juga punya hati yang super besar. Mau berbagi sama teman yang lain. 

So, keep on fire, guys. Lillahi ta’ala.



#selfreminder
#reflaction

You May Also Like

0 komentar