Porsi Kita

by - Desember 27, 2017

Pernah nggak kita merasa kurang dari orang lain? Suka membandingkan diri dengan orang lain. Suka merasa nggak punya apa-apa untuk dibanggakan. Kita sering merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Orang yang paling dekat untuk kita bandingkan, yaitu teman.
Pernah nggak kita suka menyalahkan diri sendiri? Merasa tidak puas dengan hasil tangan sendiri. Merasa semua yang telah dilakukan tidak pernah sesuai keinginan. Selalu serba salah. 

Pernah nggak kita merasa tidak memberi pengaruh di komunitas, di lingkungan pertemanan, maupun di sekitar? Merasa tidak dibutuhkan oleh teman. Merasa hanya menjadi follower saja. Merasa tidak perhatikan dalam sebuah percakapan di dalam grup. 

Padahal perlu kita sadari bahwa, setiap dari kita sudah mempunyai porsinya masing-masing. Kita sudah punya jalan dan takdir yang tertulis di lauhul al mahfudz. Kita sudah punya porsi peran masing-masing. Namun, terkadang perasaan” iri” dengan keberhasilan orang lain seringkali mampir di hati. Pada akhirnya malah menumpuk beban yang tidak perlu kita pikirkan. 

Kelebihan dan kekurangan yang kita miliki sudah menjadi tanggung jawab kita untuk mengelolanya dengan baik. Tak perlu lagi kita merasa tidak punya kelebihan. Tidak bisa berbuat sesuatu. Tanpa kita sadari ada hal yang kita lakukan itu bermanfaat untuk orang lain. Hanya karena itu tidak “wow” kita sendiri merasa tidak berbuat apa-apa. 

Sebenarnya kita sudah punya porsi masing-masing. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda bukan tanpa alasan bukan? Apa yang kita bisa belum tentu orang lain juga bisa. Apa yang unik dari kita belum tentu dalam diri orang lain ada. Kita hanya perlu bersyukur dengan anugerah yang telah Tuhan berikan. Menjalaninya dengan baik dan memberikan yang terbaik. Anggap saja kita ahli di bidang A dan orang lain di bidang B, bukankah itu saling melengkapi? Apa dengan kita memiliki rasa “iri” atas kelebihan orang akan berdampak baik? Nggak juga. 

Kadang kita juga berpikir, bahwa mereka selalu bisa tampil di depan sedangkan kita hanya melihat saja. Ada rasa ingin seperti itu juga. Padahal tanpa kita sadari, kita pun sudah memiliki peran. Balik lagi kita hanya perlu menyadari itu. Menyadari bahwa kita sejatinya sudah punya jalannya masing-masing. Tidak melulu sama dengan orang lain. Cukup menjadi diri kita sendiri dan menebar manfaat bagi sekitar. Tanpa perlu menjadi seperti orang lain.

Sama halnya dalam pertemanan. Kita tidak harus sama dengan orang lain yang memiliki banyak teman. Bukan antisosial. Lebih ke mensyukuri dengan pertemanan yang kita miliki. Menjaga hubungannya dengan baik. Tidak perlu “iri” jika kita tidak menjadi tempat curhat teman. Mungkin di situ kita belum dipercaya oleh Tuhan untuk menyimpan rahasia teman. Tidak perlu lagi harus selalu berteman dengan orang “top” or “high”, justru dengan teman yang “biasa” pertemananmu lebih berwarna. Entahlah tapi saya suka dengan itu. Tuhan sudah memberikan kita “jodoh”-nya masing-masing.

Pada intinya, bersyukur dengan apa yang kita miliki. Percaya bahwa kita sudah punya porsinya masing-masing. Kita cukup menjalaninya and deserve it to the max.

#selfreminder
#random

[Bintaro, 22:26] 27 Desember 2017

You May Also Like

0 komentar