Kilas Balik 2017

by - Desember 31, 2017


2017…
Di tahun ini banyak hal yang sudah terjadi dan terlewati. Ada suka dan duka. Ada rasa jenuh, marah, putus asa, dan kemudian bangkit lagi. Ada banyak kisah yang tak dapat disampaikan semuanya. Berujung pada berjuta rasanya. Penuh warna.

Di awali dengan hectic masa-masa ujian akhir SMA. Dari mulai TO menghadapi UN sampai ujian masuk PTN. Belum lagi tahun ini untuk pertama kalinya USBN dilaksanakan sekaligus tahun pertama UN dengan mata pelajaran pilihan dan tahun kedua UNBK. Pokoknya sangat seru sekali. Bagaimana kami membayangkan bentuk soal USBN yang ada uraiannya dengan mata pelajaran peminatan, PAI, PPKn, dan Sejarah. Sangat-sangat seru.

UPRAK yang menyita banyak waktu belajar, wkwkwk. Uprak Seni Budaya yang sangat-sangat dinantikan. Penuh perngorbanan, waktu, pikiran, tenaga, dan materi. Lebih menegangkan sebenanrnya Uprak peminatan, sebagai anak IPA. Saya menghadapi Uprak Kimia di sesi pertama, Fisika di sesi kedua, dan gong dari segala uprak, Biologi sesi terakhir. Kenapa Biologi menjadi begitu mendebarkan? Sebab memang praktikumnya penuh keseruan dan ketelitian pun kesabaran. Ada materi uprak yang ditakuti oleh sebagian siswa, yaitu Mikroskop. Ya, mengamati preparat dengan mikroskop. Saat itu ada 3 jenis, mikroskopis daun waru, bawang merah, dan jamur tempe. Bayangkan jika kurang tipis saja sayatannya, bisa gagal. Alhamdulillah saya mendapatkan Uji Enzim Katalase dengan Hati Ayam. Saat uprak inilah saaat-saat yang dramatis. Jika tidak tenang bisa buyar semua hafalan. Sama saat itu saya uprak Kimia dapat praktikum yang sederhana, Uji Elektrolit. Sebab kurang tenang, jadi gugup dan bingung.

USBN yang siap-siap dengan segala hal tentang “mengarang indah” dan UNBK yang bersesi-sesi. Lebih seru sebab UNBK di mata pelajaran pilihan akan berbeda jurus dan strategi. Saya sebagai anak biologi yang merupakan minoritas di kelas, tetap harus tenang. Sebenarnya mapel Biologi termasuk yang paling banyak di pilih seangkatan, tetapi kalau di kelas saya paling sedikit. Karena apa? Banyak hafalannya. Teman-teman lebih suka menghitung. Yup, ada Siska, Intan, Briliana, Kiki, Vani, dan Tarit yang dengan segenap hati memilih Fisika. Mereka sungguh luar biasa. Ada juga laki-laki yang labil, Meks & Thur, awalnya milih Kimia/Fisika (saya lupa) beralih ke Biologi. Drama menjelang USBN dan UN adalah rebutan buku pinjaman perpustakaan. Terutama buku peminatan, Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika. Sampai ada yang menyembunyikan supaya nggak dipinjam orang lain. Namun, justru saat itulah kami jadi rajin ke perpus dan buku pinjaman lumayan terisi.

Berlanjut dengan drama SNMPTN. Mulai dari rangking 50% hingga pengumuman SNMPTN. Banyak hal yang terjadi di luar dugaan. Semua menduga-duga, tetapi balik lagi bahwasanya SNMPTN itu penuh misteri. Hanya panitia SNMPTN yang tahu betul system seleksinya. Alhamdulillah saya termasuk yang beruntung mendapatkan tiket SNMPTN. Begitu tidak percayanya, sebab PTN tujuan saya termasuk yang jarang dipilih oleh kakak kelas. Tahun 2016 hanya satu orang yang ke sana dan lolos SNMPTN. Tahun ini dua orang, saya dan Jekek (Zaky Mia 3). Selesai pengumuman SNMPTN, banyak yang bertanya-tanya, “kok bisa ya dia nggak lolos?”. Semoga Anda tahu jawabannya.

Drama SNMPTN yang memohon-mohon supaya teman jangan ambil pilihan yang sama di PTN yang sama, juga ada. Asal ambil saja karena kesempatan tidak datang dua kali, meskipun nilai minim, juga ada. Asal yakin dan percaya diri, berserah pada Allah, juga ada. Pilihan di PTN ternama, semua ternama, juga ada. Pokoknya SNMPTN penuh warna dan cerita. Pun anak-anak jadi sering mampir ke BK, demi jurusan dan lolos SNMPTN. Harap-harap cemas menunggu tanggal 26 April.

Drama berlanjut dengan USM PKN-STAN. Dulunya semangat 86 buat masuk PKN STAN (old-STAN) baru menjelang pendaftran udah mulai loyo. Sudah serasa nggak ingin ikut, padahal baru daftar. Setiap hari diingatkan sama orang tua buat segera daftar. Saya santai, soalnya pendaftarannya cukup lama, sekitar 1 minggu-an. Akhirnya memantapkan hati untuk daftar setelah USBN hari terakhir. Hari Kamis, di depan kelas 12 MIA 6 di hadapan teman-teman terdekat. Sangat-sangat penuh drama ketika lolos tes tahap 1 & 2 menunggu hasil tes 2 dan lolos SNMPTN. Hayooo, semakin bimbang hati saya saat itu. Beneran deh. Saya hanya memohon yang terbaik dari Allah. Karena benar-benar bimbang dan ya begitulah.

Akhirnya memang Allah menunjukkan jalannya dengan saya lolos tes tahap 2 yang artinya akan menghadapi tes terakhir, TKD. Alhamdulillah TKD saya dapat di hari pertama, Senin 5 Juni sesi terakhir pukul 15.00 WIB. Saat itu masih awal-awal puasa. Saya sudah bertekad untuk memberikan yang terbaik. Alhamdulillah hasilnya memuaskan, TIU yang awalnya saya sering ragu-ragu saat latihan, malah menjadi nilai tertinggi kedua dari hasil saya, disusul TKP dan TWK. TWK memang susah saat itu, banyak nilai-nilai penerapan Pancasila dan sejarah. Bingung saya.  

Dan Allah membawa saya di antara dua pilihan terbaik dari-Nya. 15 Juni hari di mana pengumuman PKN STAN dimajukan. Entahlah, saya pikir sesuai jadwal tanggal 16 Juni, pas dengan ulang tahun saya. Sudah saya rencanakan untuk terjaga di malam pergantian hari. Namun, ternyata sepulang dari masjid, chat WA sudah penuh dengan pembahasan pengumuman PKN STAN. Lagi, lagi, dan lagi saya tahu dari teman-teman kelas di grup WA kelas. FYI, selama saya ikut Tes tahap 1, 2, & 3 saat pengumumannya tidak pernah saya akses sendiri, saya selalu tahu dari teman-teman di grup WA kelas. Mereka memang terbaik. 

Saya masuk di DI Pajak dan SNMPTN. Mungkin bagi orang lain mudah untuk memilih, tapi tidak dengan saya. Masuk DI Pajak di PKN STAN itu menjanjikan, univ atau sekolah tinggi mana yang masih ada DI? Pun nanti sudah ikatan dinas. Namun, S1 di salah satu PTN terbaik juga sangat berharga. Saya benar-benar bingung dan bimbang harus memilih yang mana. 

Allah ternyata memiliki rencana lain untuk saya. Alasan mengapa pengumuman dimajukan. Sebab di hari ulang tahun saya, saya belajar tentang kehidupan ini yang benar-benar bisa saya rasakan. Antara kebahagiaan dan kesedihan yang bertemu di persimpangan jalan. Bertukar arah. Saat itu hari Jumat 16 Juni, Allah memanggil kakek saya untuk pulang. Sedih sekali. Sangat. Saya kehilangan, itu jelas, Nenek, budhe, ayah, ibu, adik-adik kakek dan semua orang yang mengenal baik beliau, sangat kehilangan. Kakek sakit dan saya berharap beliau sembuh. Namun, ramadhan tahun ini sangat berbeda. Kakek telah tenang di sana. 

Sungguh saya susah untuk berkata-kata, saat tanggal 16 Juni yang selalu saya tunggu, justru menyakitkan, butuh sebuah pengikhlasan. Ada kehidupan yang pergi untuk kehidupan yang datang.



To be continued….

[Bintaro, 20:05] 31 Desember 2017
Di saat teman yang lain masih bermalam tahun baru di rumah dan sebagian bermalam tahun baru di kereta. Di sini saya di kamar kontrakan kecil dengan suara petasan di luar sana.
                    



You May Also Like

0 komentar