teruntuk kamu ...

by - Desember 27, 2021

tulisan ini untuk kita; aku dan kamu, yang sedang berjuang dan bertahan.

dunia riuh, bising, sesak, sumpah! jika dibayangkan, ribuan mulut saling berbicara, menimpa satu sama lain, dan dua telinga manusia dipaksa mendengarkan. meski tidak mau dengar, suaranya yang terlampau lantang, bocor ditangkap sayup-sayup daun telinga. gila!

teruntuk kamu,

sabar, ya! semangat! bisa kok, bisa! kuat, ya! jangan putus asa! nggak papa. dan kata-kata lainnya silih berganti mencoba menepuk pundakmu. saat kamu merasa sudah lelah, rasanya hanya ingin menyerah, menyudahi semuanya. kata-kata itu mencoba merangkulmu. meski mungkin kamu sudah sangat muak mendengarnya? upaya tetaplah upaya. sebab asal muasal kata-kata itu juga dari jiwa-jiwa rapuh sama seperti kamu. jadi mungkin sekali itu juga kata-kata yang ditujukan untuk diri mereka sendiri.

aku tidak tahu di mana kamu saat ini. berdiri atau duduk di batas mana. di batas ingin menyerah, di batas kesabaran, di batas amarah, di batas tangisan, aku tidak tahu. sedihnya, saat kamu bercerita aku pun (terkadang) sulit merasakannya. aku tetap mendengarkan. mencoba memahami. dan maaf jika tak bisa bereaksi seperti yang kamu harapkan. maaf.

mungkin saat ini kamu ingin menyerah. ingin menghilang. pergi entah ke mana, yang jelas ingin pergi, menghilang. semua memberatkan. sedih sekali, ya? bingung. mengakhiri? memulai saja mungkin belum. kepala penuh rasanya mau meledak. dada sesak dengan perasaan yang tak bisa kamu jelaskan. hanya ingin memandang langit biru luas tanpa berpikir apa-apa. tanpa pusing dengan pertanyaan-pertanyaan duniawi.

mungkin kamu sedang sedih sekarang ini. bingung dan sedih bercampur jadi satu. akan ke mana langkah kaki ini selanjutnya? kamu tak bisa menjawabnya. melayang. jawaban itu tak kamu genggam dengan pasti. masih sering terlepas. hilang. hingga kamu harus mencari jawaban yang lainnya. akhirnya sering kali kamu berada dalam ruang sendiri. marah pada diri sendiri. menyalahkan diri. dan...menangis tanpa suara.

mungkin saat ini kamu sedang senang. tertawa. senyum dengan tulus dari hati. melangkah kaki pun ringan rasanya. hatimu berbunga-bunga penuh rasa syukur. kamu berhasil melewati hari-hari yang berat dengan baik. kamu berhasil menaklukan ego sendiri. kamu bisa memutuskan apa yang kamu hendak lakukan, tanpa paksaan orang lain. kamu bisa dengan mudah mengatakan 'tidak' kata yang selama ini kamu susah mengatakannya.

aku tahu, meski tidak saat ini, kamu pernah merasa sangat capek. lelah. marah. sedih. dan emosi lainnya. merasa menjadi manusia paling-paling-paling tidak berguna, merugikan, egois, dan lalu kamu berpikir tak ada yang mau bicara denganmu. tidak ada yang mengerti kamu. semua berjalan meninggalkanmu seorang diri. sakit. merasa sendirian. tidak ada yang mengharapkanmu. pedih.

kamu pun terserang 'penyakit' overthinking. semuanya dimasukkan dalam kepala. alhasil lalu lintas kepalamu jadi ramai. semua hal dipikirkan. menjadi sering berprasangka terhadap apa yang belum terjadi. kemudian kamu temukan jawaban bahwa apa yang kamu sangkakan tidak seperti itu nyatanya. berbeda. pusing-pusing kepala, selesai dijalani tak seberat itu.

dan untuk segala hal-hal berat di atas. aku percaya bahwa selepas hujan akan ada pelangi, meski nyatanya sering tidak melihatnya. yang aku maksud, selepas berlelah-lelah untuk berjuang dan bertahan akan ada titik tenang. bahwa tidak selamanya badai menerjang. bahwa kamu juga berhak bahagia. akhir-akhir ini sering mendengarnya, kan? 

aku menulis ini untuk kamu dan terutama untuk diriku. kita sering lupa, bukan? aku anggap ini catatan pengingat. bahwa nyala api di dalam diri boleh padam untuk kemudian terang kembali. boleh untuk mengeluh, mengeluarkan segala kesah dan resah. boleh menangis sampai suaramu tak terdengar. boleh untuk menarik diri, menjauh dari hiruk pikuk sekitar. jangan sampai menyakiti diri karena terlalu penuh. penuh akan sedih, amarah, kecewa, dendam, bahkan benci. jangan menimbunnya. itu akan melukai dirimu sendiri.

mencoba melihat lebih dekat, seperti lagu sherina - lihatlah lebih dekat. mensyukuri setiap nikmat yang didapatkan. kebahagiaan tidak selalu berwujud hal besar. hal-hal sederhana kerap kali bisa membuatmu gembira. dan merasakan emosi, bukan menyangkalnya. kamu tidak perlu merasa malu karena sedang lemah. tak perlu selalu harus kuat. tak apa-apa terlihat rapuh oleh orang terdekatmu. jikalau kamu memilih untuk menjadi kuat dan tegar selalu, aku harap itu tidak melelahkanmu. 

selalu ingat batasnya. sebab manusia di dunia ini memiliki batas. ada batasan yang harus kamu sadari dan hargai. 

sekian. 

You May Also Like

0 komentar