Nonton Film: Kukira Kau Rumah

by - Februari 09, 2022


Kukira Kau Rumah merupakan film debutan Umay Shahab sebagai sutradara dengan Prilly Latuconsina sebagai produser sekaligus pemeran utama. Di film ini Prilly dipasangkan dengan Jourdy Pranata sebagai lawan mainnya. Kukira Kau Rumah resmi tayang di bioskop mulai 3 Februari 2022. 

Kukira Kau Rumah mengisahkan Pram sebagai sosok pemuda yang kesepian dengan lagu-lagunya yang tidak pernah terdengar oleh dunia yang bertemu Niskala dan jatuh cinta padanya. Niskala adalah perempuan yang berbeda. Ia selalu hanya bersama Dinda dan Oktavianus, sahabatnya dari kecil. Pertemuan Pram dan Niskala bermula dari keisengan Pram mengajak Kala taruhan atas nilai tugas makalahnya. Dari situlah kedekatan mereka terjalin. 

Bertemu dengan Pram, seolah menemukan dunia baru bagi Niskala. Dia menikmati hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya: bernyanyi di atas panggung. Bertemu Niskala membuat kesepian perlahan hilang dari hidup Pram. Mereka seperti tertaut satu sama lain. 

Hingga pada satu waktu semuanya berubah. Niskala kehilangan kendalinya. Pram baru mengetahuinya belakangan bahwa Niskala mengidap bipolar. Saat emosinya tidak terkendali obat adalah jalan keluarnya. Dan saat itu Pram memilih menggenggam tangan Niskala dan menyakinkannya bahwa ia tidak sendiri. Pram menjadi obat baru bagi Niskala. 

Tetapi dunia tidak adil kepada mereka. Semua berantakan pada akhirnya. Niskala yang lelah dengan ayahnya yang protektif merasa tidak bisa menemukan kebahagiaannya. Hingga sebuah keputusan dibuat oleh Pram. Sungguh mengejutkan. Niskala ditinggalkannya sendirian.

Kira-kira alur ceritanya begitu. Mari lanjut ke ulasanku.

Kukira Kau Rumah diadaptasi dari lagu Amigdala yang berjudul sama: Kukira Kau Rumah. Selaras dengan judulnya aku sudah menduga ini akan menjadi kisah sepasang anak manusia yang tidak berakhir bersama alias pasangannya itu bukan 'rumah' yang dia harapkan. Aku tidak berekspektasi tinggi terhadap film ini. Tetapi aku tertarik untuk tahu kisahnya seperti apa, karena dari judulnya sudah menarik. Untuk sebuah film debutan, aku rasa idenya cukup menarik dan berbeda. Selain sisi romantis di film ini menyuguhkan problematika isu kesehatan mental. 

Tetapi ada beberapa hal yang kurang dari film ini. Pertama, kamera yang terlalu goyang di beberapa scene. Terutama scene di mana tokohnya banyak pergerakan. Entah itu bagian dari konsep atau bukan, tapi terlalu goyang dan movementnya cepat. Kedua, pengembangan karakter Pram yang kurang detail. Pram hanya diceritakan sebagai pemuda yang kesepian: papanya pergi meninggalkan mama dan mamanya yang sibuk bekerja. Karakter yang kurang kuat ini berkaitan dengan keputusan di akhir film. Ketiga, karakter papa Niskala yang aneh menurutku. Sosok ayah yang hanya tahu kapan anaknya tidur dan tantrum. Anehnya lagi papa Niskala bisa tidak tahu kalau Niskala kuliah. Jadi, selama ini bohongnya dengan alasan apa saja ya? Keempat, aku rasa pendalaman tentang isu kesehatan mental, khususnya bipolar ini masih kurang digali. Kelima, ending yang mencengangkan bahasa kerennya membagongkan. Setelah ending yang terburu-buru itu, semuanya terasa hambar bagiku. Ambyar. Kok gini banget sih?

Untuk karakternya, tidak perlu diragukan lagi akting Prilly. Dia bisa membawakan emosi dari senang, nangis, lalu marah dengan apik. Chemistry Prilly dan Jourdy juga membuat senyum-senyum sendiri. Hal-hal romantis di dalamnya tidak berlebihan. 

Aku masih kesal dengan pilihan ending yang, ah sudahlah... Pram... Pram... katanya tidak ingin seperti papamu yang meninggalkan mamamu, tetapi malah kamu melakukannya juga. Nggak gitu juga kali, ah.

Terlepas dari akhir kisah yang tidak bisa dipahami dengan akal sehat. Lagu-lagu di film ini bagus-bagus sekali. Syahdu dan sendu menyatu. Lagu milik Amigdala yang dinyanyikan ulang oleh Prilly dan Jourdy membawa nuansa yang berbeda. Begitu juga dengan lagu yang khusus untuk film ini Selepas Gulita dan Hujan. Dari semua scene yang ada, bagian saat Pram dan Niskala bernyanyi di atas panggung bersama yang paling manis dan logis.

Oke, untuk ukuran film layar lebar aku pikir masih banyak yang harus diperbaiki. Ke depannya jika memang Umay akan membuat film layar lebar lagi, bisa jadi lebih baik. Awalan yang berani kataku buat Umay. 

Jika kalian tertarik untuk menonton silakan ditonton di bioskop terdekat. Masuklah ke bioskop dengan pikiran kosong, jangan berikan ekspektasi berlebih. Agar keluar bioskop tidak mengomel. 

Selamat menonton ^^

You May Also Like

0 komentar