Warisan atau Pilihan

by - Oktober 01, 2017

Beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan mengenai sebuah postingan dari anak muda, berjudul "Warisan".  Tulisan tersebut mendapatkan respon yang beragam, pro dan kontra. Terlepas dari itu, saya tidak ingin membahas mengenai tulisan tersebut. In this blog, my diary, I just wanna say what I am thinking of. Depends on my mind.

Berbicara tentang agama tidak akan ada habisnya. Ada yang mengatakan agama sebagai warisan, ada yang mengatakannya sebagai pilihan. Semua kembali lagi kepada diri kita masing-masing. 

Kita hidup di negara yang telah jelas menjamin kebebasan beragama dan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa". Bukankah di situ jelas tertulis kata "Esa" yang mengacu pada "Ketuhanan"-yang dapat dimaknai- bahwa Tuhan ada satu/tunggal. Ya, Tuhan kita satu, kita yang tak sama, kita berbeda dalam hal beragama. Namun, kita sama, percaya akan adanya Tuhan.

Beside that, jika agama itu "warisan", dalam artian mengikuti orang tua, ya itu benar, untuk sementara. Kita lahir ke dunia ini tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari siapa, di mana, dan bagaimana keadaannya. Benar begitu bukan? Untuk hal lahir ke dunia, kita tidak bisa memilih mau di mana, dari keluarga seperti apa, sehat ataupun kurang, begitu pun dengan agama. Kita yang masih bayi baru lahir, belum bisa langsung menentukan agama yang hendak kita yakini. Absolutely, agama kita akan sama dengan keluarga, orang tua kita. Iyaa bukan? Seperti halnya saya sejak lahir sudah menjadi muslim, sejak kecil. Begitulah konsep warisan agama menurut pendapat saya. Bayi baru lahir belum bisa menentukan sendiri.

Namun, konsep "warisan" itu dapat menjadi sebuah "pilihan" seiring berjalannya waktu dan masa berkembangnya kita. Ada masa di mana kita mulai mencari jati diri kita, termasuk di dalamnya mencari kebenaran sebuah agama. Nah, di masa itulah sekiranya jiwa kita mulai berontak dan gelisah. Mulai mencari-cari yang benar-benar sesuai dan memberikan kepuasan batin, jawaban akan pertanyaan-pertanyaan. Masa itu bisa dibilang saat memasuki fase remaja dan fase dewasa. Kita mulai berani berargumen, menyampaikan keinginan, kritis, dan ngotot.

Menurut saya, agama adalah pilihan. Siapa pun kamu, kamu berhak memilih agama yang hendak kamu yakini. Pilihan untuk lebih mendalami agama yang sejak kecil kamu anut, yang sama dengan keluarga, atau bahkan pindah agama. Sah-sah saja, sebab agama itu pilihan. Keyakinan dari hati sanubari, hidayah dari Tuhan. Agama lebih kepada hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Begitulah pemikiran saya, anak muda ini, yang masih banyak belajar dan memperbaiki diri. Daripada kita sibuk memikirkan hal-hal yang tak kunjung ada ujungnya, lebih baik introspeksi diri, bercermin kembali, dan memperbaiki diri. Lebih mengenali keyakinan yang dianut dan selalu haus akan ilmu baik ilmu dunia maupun akhirat. 

We never walk alone, remember Allah always guide us, Allah always with us.

You May Also Like

0 komentar