A Piece Story of : Guru Favorit

by - Oktober 01, 2017

It’s a sad story at afternoon. Jumuah. Friday. She was gone.

Aku mendadak gugup saat membaca pesan di grup WA kelas, lebih tepatnya tidak percaya. Ini mimpi bohongan, nggak bener, nggak mungkin, nggak percaya. Sampai buat ngetik keyboard rasanya tangan gemetaran. Innalillahi wa innailaihi rojiun…Ibu guru Sejarah yang favorit, Ibu Sri Hartini, telah berpulang kepada-Nya. Untuk selama-lamanya. How was I feel? I’m truly not believe it, but its true, its real, its hurt me, again.

Tahun lalu, tepatnya bulan Desember 2016, wali kelasku tercinta, yang super lucu dan sangat humoris, Bapak Wahyu Nugroho, berpulang kepada-Nya. Pak WN, kami biasa menyebut beliau, meninggalkan kami anak-anaknya. Begitu cepat dan tidak pernah disangka-sangka. Memang beliau sakit saat itu, namun saat itu kami tahu beliau sudah membaik. Semua terjadi begitu cepat, hanya Allah yang mengetahuinya.

I’m telling you about My History teacher, Mrs. Sri Hartini.

Beliau adalah salah satu guru yang berbeda. Beliau adalah satu dari dua guru yang mengajar kami sejak kelas 10 hingga lulus. Jadi, beliau paham betul tentang kami. Dari awal kelas 10 beliau mengajar dengan penuh keaktifan dari muridnya.

She teachs me to be brave in deliver my opinion, actually when presentation. Beliau memberikan “tabungan” khusus kepada kami semua. Siapa pun kamu, kamu berhak dan seharusnya berlomba mendapatkan “tabungan” itu. Sebab “tabungan” menjadi simpanan “emas” saat ulangan, UTS, dan UAS terlalu buas.

Di setiap pertemuan, beliau selalu memberikan ruang bagi murid-muridnya untuk aktif. Mulai dari bertanya, menyampaikan opini, dan maju menjelaskan materi. Untuk beberapa materi Sejarah yang dianggap begitu banyak cerita, beliau memberikan kami tugas untuk presentasi. And that was our time to show up and do the best of us. Sebab “tabungan” menanti untuk diisi.

Beliau sangat menginspirasi. Terkadang disela-sela mengajar kami, beliau selipkan cerita masa muda dan tentang keluarganya. Aku ingat satu cerita (penggalan kisah), beliau pernah mengatakan bahwa, beliau harus sukses supaya bisa membuat “tangga” bagi adik-adiknya. Ya, beliau anak pertama dari 10 bersaudara. What she said at that time, burn my spirit. Dan satu hal, beliau pernah bilang, “Kalau sakit saya pilih ngajar kalian. Soalnya kalau ketemu anak-anak ini, saya langsung sembuh.” At least she never sick anymore, so far as she teachs us.

Beliau juga guru yang sangat nekad dan penuh modal. Kenapa begitu? Jadi, di awal kami kelas 10, LCD di kelas itu tidak begitu jelas, terkadang error. Something works wrong. Sebab beliau harus menyampaikan materi melalui ppt, beliau membawa mini LCD sendiri. Iyaa ingat betul aku akan hal itu, setiap pelajaran Sejarah, bu guru selalu bawa mini LCD miliknya.

Ulangan adalah hal yang sangat mendebarkan selain presentasi. Sebab bu guru dikenal dengan soal-soalnya yang cukup sulit, menjebak, karena ada beberapa opsi yang hampir sama. Mungkin karena itu, she gave us chance to improve “tabungan” in another way. Tapi aku suka saat awal-awal ulangan kelas 10 dulu. Model soalnya bukan pilihan ganda melainkan essay dan itu sulit ditebak. Kenapa suka? Karena saat itu aku bisa dapat poin agak lumayan. Terima kasih, Bu.

Sejarah adalah bagian hidup beliau. Sekarang dan nanti beliau lah sejarah bagi kami. Untuk dikenang, untuk diceritakan, dan untuk menjadi pengalaman tak terlupakan. Bagi setiap dari kami, beliau mempunyai arti tersendiri. 

Selamat jalan, Bu. Allah lebih sayang pada ibu, sangat sayang. Semoga amal ibadah dan dedikasi ibu untuk kami menjadi amal jariyah. Terima kasih, Bu, untuk 3 tahun terakhir ini. Ibu tidak meninggalkan kami, ibu mengikuti perjalanan kami, menyaksikan kelulusan kami. Menjadi saksi kami bertumbuh di Almamater tercinta. 

Even though, till know, till this seconds, I just not believe this fact. But its happen, just gone, but the memories still in my mind, in our heart.


Bintaro, 29.09.2017


You May Also Like

0 komentar