Pulang ke Semarang
Hari Senin aku kembali ke Semarang. Dari Stasiun Jember aku pesan kereta pagi pukul 09.32 WIB menuju Stasiun Surabaya Gubeng. Sarapan dulu di kos Puspa, order melalui Shopee Food. Setelah itu bersiap-siap berangkat ke stasiun diantar oleh Puspa.
Lagi dan lagi, sebelumnya berangkat ke Ketapang mepet, aku pun sampai di Stasiun Jember untuk perjalanan ke Surabaya juga mepet. Sebelum masuk ke ruang keberangkatan, aku salam perpisahan dulu dengan Puspa. Kemudian lantas aku segera boarding. Tepat sekali aku boarding, kereta sudah tiba di jalurnya. Harapanku kereta tidak ramai sepertinya tidak terkabul. Ramai.
Saat menuju ke kursiku, ternyata oh ternyata, sudah ditempati oleh penumpang lain. Yah. Aku malas merebutnya pula. Ya sudahlah, aku duduk di kursi C, sampingnya. Padahal aku mau menyadar di jendela awal mulanya, sambil menikmati pemandangan.
Oiya, perjalanan ke Stasiun Surabaya Gubeng aku menaiki kereta ekonomi Sri Tanjung. Bangkunya dua berhadap-hadapan. Jika dengan Kereta Airlangga, AC-nya tidak terasa, di Kereta Sri Tanjung AC-nya tepat di depanku atas dan di belakangku atas. Mantap angin dingin berhembus kencang. Kedinginan meski sudah pakai jaket. Tas yang ada di pangkuanku cukup menghalangi dinginnya AC menembus badan. Dan aku harus menahannya sampai di Stasiun Surabaya Gubeng, 3 setengah jam perjalanan.
Beberapa kali saat aku melihat ke arah jendela, pemandangannya cantik. Tapi karena jarakku ke jendela tidak dekat, jadi tidak leluasa untuk memotretnya dengan ponsel. Hanya dinikmati dengan kekaguman mata. Aku sempat memotretnya sedikit.
dok pribadi le minerale, susu berung, tango dan gunung di kejauhan |
dok pribadi le minerale, susu beruang, tango dan gunung di kejauhan (ver. 2) |
Perjalanan menuju Surabaya Gubeng aku lebih banyak tidur. Hawa dinginnya membuatku mengantuk. Sangat mendukung untuk memejamkan mata. Tidur agak lama kemudian bangun sebentar. Kemudian tertidur lagi.
Akhirnya sampai di Stasiun Surabaya Gubeng sesuai dengan jadwal pukul 13.11 WIB. Sampai sana hawa dingin AC hilang digantikan dengan panasnya matahari siang. Perjalananku masih berlanjut menuju ke Stasiun Surabaya Pasar Turi. Untuk ke Stasiun Surabaya Pasar Turi aku naik kereta lokal, yaitu KRD. Mirip sekali dengan KRL. Harga tiketnya menuju Stasiun Surabaya Pasar Turi: Rp 5.000 saja. Daripada bingung caro ojek online dan Surabaya panas sekali, lebih baik naik KRD saja.
KRD berangkat pukul 13.45 WIB, butuh 15 menit untuk sampai di Stasiun Surabaya Pasar Turi. Saat iti penumpanganya tidak banyak. Tetapi panasnya terasa di dalam gerbong. Surabaya sangat terik dan cerah.
dok pribadi bangku hijau di dalam gerbong KRD |
dok pribadi Potret jalanan Kota Surabaya dari jendela KRD |
dok pribadi Potret gedung Bank Indonesia dari jendela KRD |
Setelah sampai di Stasiun Surabaya Pasar Turi aku menunggu kereta selanjutnya menuju Semarang di ruang tunggu. Ruang tunggunya di luar, jadi masih terasa panas. Jadwal keretaku menuju Stasiun Semarang Tawang pukul 15.55 WIB dan aku sudah sampai di stasiun pukul 14.00 WIB, hampir dua jam menunggu. Untunglah ada teman ngobrol, yang jauh-jauh dan panas-panas datang bertemu aku.
Singkat cerita, Kereta Gumarang–yang aku naiki–sudah siap di jalurnya. Bergegaslah aku untuk boarding tiket. Sesampainya di gerbong 3 kursiku masih kosong dan semoga tidak ramai. Kereta Gumarang ini termasuk kelas bisnis. Meski begitu, sejujurnya masih nyaman Kereta Wijayakusuma ekonomi premium. Memang bisnis tetapi kalah mewah dengan premium. Kursinya memang lebih luas dan tidak berhadap-hadapan tetapi bisa diputar berlawanan arah. Ya, itu saja.
Selama perjalanan aku senang dengan pemandangan sawah, rawa/tambak, pepohonan, dan rumah yang dilintasi kereta. Menjelang sore langit juga nampak indah. Semburatnya saat matahari terbenam cantik, meski samar terlihat, karena kereta tidak menuju ke arah matahari terbenam.
dok pribadi Langit yang cerah dan petak rawa/tambak |
dok pribadi Potret dari jendela kereta, rawa/tambak (?) |
dok pribadi Semburat senja di kejauhan dan pantulan lampu |
dok pribadi Rumah-rumah di kejauhan, sawah, dan semburat senja |
dok pribadi Semburat jingga senja |
Begitulah perjalananku menuju kembali ke Semarang dari short escape ke daerah yang belum pernah dikunjungi. Perjalanan ini membantu mengisi daya untukku. Setelah sebelumnya merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas dan orang yang sama. Bertemu dan bertukar kabar dengan orang yang jarang sekali ditemui–bahkan dalam setahun belum tentu satu kali–mendengar kisahnya yang jauh dari keseharian, itu cukup me-refresh diriku.
Menurutku healing itu perlu, kita sendiri yang perlu menyisihkan waktu untuk melakukannya. Dengan kegiatan apapun yang bisa kembali mengisi diri. Nggak harus dengan liburan yang mahal dan jauh, yang dekat saja bisa, di rumah saja bisa. Semua kembali lagi ke diri masing-masing: tujuannya apa. Kalau menginginkan perjalanan yang jauh dan sanggup dan kamu rasa perlu, silakan. Solo travelling mungkin bisa jadi pilihan.
Sekian cerita perjalananku: Semarang–Surabaya–Jember–Ketapang–Gilimanuk–Ketapang–Jember–Surabaya–Semarang.
0 komentar