Porsi Kita
Pernah nggak kita merasa kurang dari orang lain?
Suka membandingkan diri dengan orang lain. Suka merasa nggak punya apa-apa
untuk dibanggakan. Kita sering merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain.
Orang yang paling dekat untuk kita bandingkan, yaitu teman.
Pernah nggak kita suka menyalahkan diri sendiri?
Merasa tidak puas dengan hasil tangan sendiri. Merasa semua yang telah
dilakukan tidak pernah sesuai keinginan. Selalu serba salah.
Pernah nggak kita merasa tidak memberi pengaruh di
komunitas, di lingkungan pertemanan, maupun di sekitar? Merasa tidak dibutuhkan
oleh teman. Merasa hanya menjadi follower saja. Merasa tidak perhatikan dalam
sebuah percakapan di dalam grup.
Padahal perlu kita sadari bahwa, setiap dari kita
sudah mempunyai porsinya masing-masing. Kita sudah punya jalan dan takdir yang
tertulis di lauhul al mahfudz. Kita sudah punya porsi peran masing-masing.
Namun, terkadang perasaan” iri” dengan keberhasilan orang lain seringkali
mampir di hati. Pada akhirnya malah menumpuk beban yang tidak perlu kita
pikirkan.
Kelebihan dan kekurangan yang kita miliki sudah
menjadi tanggung jawab kita untuk mengelolanya dengan baik. Tak perlu lagi kita
merasa tidak punya kelebihan. Tidak bisa berbuat sesuatu. Tanpa kita sadari ada
hal yang kita lakukan itu bermanfaat untuk orang lain. Hanya karena itu tidak
“wow” kita sendiri merasa tidak berbuat apa-apa.
Sebenarnya kita sudah punya porsi masing-masing.
Tuhan menciptakan kita berbeda-beda bukan tanpa alasan bukan? Apa yang kita
bisa belum tentu orang lain juga bisa. Apa yang unik dari kita belum tentu
dalam diri orang lain ada. Kita hanya perlu bersyukur dengan anugerah yang
telah Tuhan berikan. Menjalaninya dengan baik dan memberikan yang terbaik.
Anggap saja kita ahli di bidang A dan orang lain di bidang B, bukankah itu
saling melengkapi? Apa dengan kita memiliki rasa “iri” atas kelebihan orang
akan berdampak baik? Nggak juga.
Kadang kita juga berpikir, bahwa mereka selalu
bisa tampil di depan sedangkan kita hanya melihat saja. Ada rasa ingin seperti
itu juga. Padahal tanpa kita sadari, kita pun sudah memiliki peran. Balik lagi
kita hanya perlu menyadari itu. Menyadari bahwa kita sejatinya sudah punya
jalannya masing-masing. Tidak melulu sama dengan orang lain. Cukup menjadi diri
kita sendiri dan menebar manfaat bagi sekitar. Tanpa perlu menjadi seperti
orang lain.
Sama halnya dalam pertemanan. Kita tidak harus
sama dengan orang lain yang memiliki banyak teman. Bukan antisosial. Lebih ke
mensyukuri dengan pertemanan yang kita miliki. Menjaga hubungannya dengan baik.
Tidak perlu “iri” jika kita tidak menjadi tempat curhat teman. Mungkin di situ
kita belum dipercaya oleh Tuhan untuk menyimpan rahasia teman. Tidak perlu lagi
harus selalu berteman dengan orang “top” or “high”, justru dengan teman yang
“biasa” pertemananmu lebih berwarna. Entahlah tapi saya suka dengan itu. Tuhan
sudah memberikan kita “jodoh”-nya masing-masing.
Pada intinya, bersyukur dengan apa yang kita
miliki. Percaya bahwa kita sudah punya porsinya masing-masing. Kita cukup
menjalaninya and deserve it to the max.
#selfreminder
#random
[Bintaro, 22:26] 27 Desember 2017
0 komentar