Kilas Balik 2017#2
Continued…..
Akhirnya
saya telah sampai di bulan Juli, di mana untuk pertama kalinya saya
menginjakkan kaki di Kampus Ali Wardhana. Iyaa, saya memutuskan daftar ulang di
PKN STAN, dengan ikhlas melepaskan IPB. Bye bye…Bogor, setidaknya saya sudah
pernah ke Dramaga. Btw, warna dominan logo IPB dan PKN STAN sama, biru dongker
atau biru tua, yang jelas bagi saya sama. Okee, sedikit cerita tentang daftar
ulang di PKN STAN. Saya datang pas jadwal daftar ulang. Sekitar pukul
07.30-08.00 saya baru sampai di Ciledug. Saya sudah menduga bahwa antrian di
PKN STAN pasti sudah banyak. Benar saja, saya dapat nomor antrian 1239 itu baru
pukul 09.00. Mereka datang sangatlah pagi-pagi buta, mungkin.
Tahun
ini keinginan merantau benar-benar terpenuhi, sebab sekarang pendidikan
terpusat di Bintaro. Padahal dulu berharap dapat BDK Jogjakarta, kan lumayan
setiap akhir pecan bisa pulang ke rumah. Tak apa merantau belajar mandiri,
belajar memaknai hidup, belajar bersabar, belajar dewasa, belajar menahan
rindu, ini paling penting.
Cerita
merantau diawali dengan Dinamika kehidupan sebagai MABA alias Mahasiswa Baru.
Dinamika dengan Generasi Berlian. Betapa sangat serunya Dinamika yang saya
jalani. Satu minggu sebelum Dinamika sudah dipenuhi dengan penugasan individu
maupun kelompok. Karena Dinamika, saya jadi membuat Life Plan 20 tahun ke
depan. Padahal aslinya saya nggak ada rencana. Mengikuti alur. Sangat-sangat
seru di tengah-tengah Dinamika. Begitu banyak cerita baik yang manis maupun
yang pahit, eh, tegang.
Libur
sehabis Dinamika saya pulang hanya untuk ikut acara pernikahan kakak, anaknya
Budhe. Tapi, kenyataanya pas hari H justru saya harus kembali ke Bintaro.
Selanjutnya
akan bertemu dengan bapak-bapak TNI AD, Kopassus dari Cijantung. Sebenarnya dulu
waktu SMA, kelas 11, sudah pernah ikut acara seperti ini, namanya Bela Negara. Bedanya
kalau dulu di markas Kostrad Yonif 413 selama 3 hari dua malam. Berlatih bersama
bapak-bapak TNI AD. Kalau tahun ini, Capacity Building, kegiatan wajib bagi
Mahasiswa Baru PKN STAN. Berbeda dari tahun sebelumnya yang berkunjung ke
markas Kopassus, tahun ini hanya di area kampus dan tidak menginap.
Alhamdulillah. FYI tahun ini PKN STAN menerima 6000-sekian mahasiswa. Berdasarkan
hasil Capacity Building, ada 6597 mahasiswa. Okee, kegiatan Capacity Building
itu latihan PBB, latihan upacara, tata cara penghormatan, dan lainnya. Pokoknya
seru sekali. Tak lupa kita selalu ada kesempatan bernyanyi Mars PKN STAN.
Selesai
rangkaian kegiatan sebagai Maba, mulailah kehidupan mahasiswa yang
sesungguhnya. Bertemu dengan orang-orang yang baru lagi untuk satu tahun ke
depan. Saya berada di kelas 1-59 dari 65 kelas untuk angkatan DI Pajak 2017. Tidak
ada satu pun yang dari Sukoharjo, ah, seharusnya saya tidak berharap satu kelas
dengan teman sedaerah. Teman-teman baru pasti ada cerita baru. Ada tentir kelas
dan agenda makrab. Makrab kami awali dengan “makan keakraban” di selasar SC
Kalmong.
Kehidupan
sebagai mahasiswa di kampus dan di kontrakkan. Ke kampus setiap hari, dari
Senin-Sabtu. Memang di setiap harinya tidak full dari pagi-malam. Ya, kami ada
kelas malam. Ternyata kelas malam itu seru sekali. Sebab saya tidak mengantuk,
hehehe. Selain rutinitas belajar, saya juga mencoba untuk ikut UKM. Tidak lupa
ikut Oprec yang ada. Pernah ikut sekali tapi gagal. Setelah itu nggak ikut
lagi. Eh, ikut seleksi pengurus Bambu Pelangi, tapi gagal juga. Selain itu di
kontrakkan juga harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Ya masak kalau sempat,
nyuci baju dua hari sekali;gentian, nyuci piring, beres-beres kamar, dan iuran
listrik+wifi.
Perjalanan
semakin berwarna saat saya mencoba ikut oprec Media Center, wadah jurnalistik
di kampus. Awalnya hanya coba-coba saja, tetapi saya malah lolos dan ikut
Magang#20. Yey, seruu sekali. Dari 4 pertemuan magang, saya hadir 3 kali.
Tetapi
di tengah perjalanan ini, terselip kabar duka. Ibu guru Sejarah sepanjang saya SMA,
telah berpulang kepada-Nya karena sakit. Ibu guru Sejarah satu-satunya dari
kelas 10-12 yang mengajarkan kami untuk bekerja keras dan selalu jujur. Beliau juga
memberikan “tabungan” bagi siswanya, dengan begitu tercipta keaktifan dari siswa.
Selamat jalan Ibu, engkau telah tenang di sana.
Saya
bersykur di perjalanan ini bertemu dengan orang-orang baru dan kembali bertemu
dengan orang-orang lama. Saya mendapatkan teman yang begitu bertemu langsung
klik dan banyak bercerita apa saja. Bertemu dengan teman yang berbeda pulau dan
bertemu teman yang mirip dengan salah satu saudara saya, dari kacamata saya
mirip. Dan masih banyak lagi.
Tak
lupa hectic saat UTS dan berbagai cerita setelahnya. Ada yang keluar kelas
penuh kepuasan. Ada yang keluar kelas langsung menumpahkan kekesalan, soal PPh
membuat kami pusing. Ada yang biasa-biasa saja. Tapi grup kelas dan grup
angkatan selalu ramai saat UTS, apalagi menjelang UTS matkul perpajakan dan
setelahnya. Nama line teman-teman mendadak berubah semua. UTS bagi mahasiswa
baru selalu penuh cerita.
Selepas UTS ada keseruan di acara BEM Cup 2017. Untuk pertama kalinya berada di tengah suporter yang begitu ramai. Di setiap sorak sorainya bisa membuat merinding karena kebersamaannya. Pajak Jaya, Pajak Pajak Jaya, Pajak Jaya, Pajak Pajak Jaya. Tak apa meski tidak menjadi juara umum tahun ini. Pajak tetap Jaya. Pajak Satu Jiwa. Viva Belasting.
Akhirnya
libur akhir tahun tiba dan memilih untuk stay di kontrakkan saja. Merantau belajar
menahan rindu. Bukan berarti kami yang stay tidak rindu rumah. Bukan. Kami sangat
rindu rumah. Rindu keluarga dan teman-teman. Rindu masakan ibu. Rindu suasana kampung
halaman. Rindu suasana kelas SMA lengkap dengan teman-teman SMA. Kami rindu. Sangat
rindu.
Selesai…
[Bintaro,
22:25] 31 Desember 2017
---mengisi
malam akhir tahun dengan menulis dan menulis. Saat itu hati benar-benar bisa
lega. Diiringi suara petasan yang terdengar begitu keras di luar sana. Masih di
kamar kontrakan.
0 komentar